Gurusaham.com - Harga minyak masih dalam posisi uptrend sejak awal April. Isu serangan siber oleh hacker terhadap infrastruktur minyak AS sempat membuat harga melesat. Namun pasar sekarang sudah relatif kalem walau risiko terganggunya pasokan jelas nyata adanya.
Selasa (11/5/2021), harga kontrak minyak berjangka Brent turun 0,72% ke US$ 67,83/barel. Sementara itu harga kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,69% ke US$ 64,47/barel.
Serangan siber memaksa penutupan jaringan pipa pasokan bahan bakar penting di Amerika Serikat. Hal ini jelas menunjukkan celah betapa rapuhnya infrastruktur minyak di Negeri Paman Sam.
Gedung Putih bekerja sama dengan Colonial Pipeline untuk membantunya pulih dari serangan ransomware, yang memaksa operator pipa bahan bakar terbesar AS untuk menutup jaringan yang memasok negara bagian timur yang padat penduduk.
Jaringan Colonial adalah sumber hampir setengah dari pasokan bahan bakar Pantai Timur AS yang mengangkut 2,5 juta barel bensin dan bahan bakar lainnya per hari, dan perusahaan harus menutup semua jaringan pipa setelah serangan dunia maya pada hari Jumat, yang melibatkan ransomware.
Tidak jelas siapa yang melakukan serangan itu, tetapi sumber mengatakan kepada Reuters bahwa para peretas kemungkinan besar adalah kelompok penjahat dunia maya profesional.
Akibat kejadian tersebut pipa bensin tidak akan kembali beroperasi dalam beberapa hari ke depan. Sementara dampaknya masih harus dihitung, penghentian pipa akan mengurangi ketersediaan bahan bakar dalam waktu dekat dan menaikkan harga.
Perusahaan milik swasta tersebut mengatakan pada hari Senin bahwa mereka sedang bekerja untuk memulai kembali secara bertahap dengan tujuan memulihkan layanan operasional secara substansial pada akhir minggu.
FBI mengaitkan serangan dunia maya itu dengan DarkSide, sebuah kelompok yang diyakini berbasis di Rusia atau Eropa Timur. Ransomware-nya menargetkan komputer yang tidak menggunakan keyboard dalam bahasa bekas republik Soviet, kata para ahli dunia maya.
Presiden Joe Biden mengatakan sejauh ini tidak ada bukti bahwa pemerintah Rusia terlibat. Namun perkembangan isu ini penting untuk dimonitor pasar karena bisa memicu peningkatan tensi geopolitik jika memang penyebabnya adalah kelompok yang terafiliasi dengan negara lain terutama rival AS.
KOMENTAR