Gurusaham.com - Tanda-tanda harga emas akan melambung semakin terlihat di saat inflasi di negara maju mulai mencekik dan risiko meletusnya perang dunia ketiga meningkat.
Harga emas di pasar spot di sepanjang pekan ini naik 2,04% mendekati level psikologis US$ 1.900/troy ons. Pada perdagangan Jumat (18/2/2022), harga emas ditutup di level US$ 1.897,87/troy ons.
Tren pergerakan harga emas cenderung naik dalam kurun waktu 1,5 bulan terakhir. Secara year to date (ytd), harga si logam mulia telah terapresiasi 3,8%.
Inflasi yang melesat tajam di berbagai pelosok dunia, membuat nilai mata uangnya terdepresiasi terhadap barang dan jasa.
Ketika harga-harga melambung tinggi, investor dan pelaku pasar cenderung mencari perlindungan (hedging) dari devaluasi mata uang.
Secara historis, emas dinilai sebagai aset yang cocok untuk dijadikan sebagai hedging instrument karena karakteristik suplainya yang terbatas.
Untuk diketahui, AS sebagai negara super power di dunia sedang mengalami tekanan inflasi yang drastis. Data bulan Januari 2022 menunjukkan inflasi AS meningkat 7,5% year on year dan menjadi level tertinggi sejak 4 dekade terakhir.
Selain sebagai aset untuk hedging terhadap inflasi, emas juga dinilai sebagai aset minim risiko, sehingga diburu ketika risiko geopolitik atau resesi meningkat.
Belakangan ini ketegangan antara Russia, Ukraina dan NATO semakin meningkat. Keinginan Ukraina untuk gabung dengan aliansi militer NATO mendapat tentangan dari Russia sampai Negeri Beruang Merah menerjunkan pasukan militernya di perbatasan Ukraina.
Presiden AS Joe Biden menyebut bahwa Russia siap melakukan invasi ke Ukraina dalam beberapa hari ke depan meskipun klaim tersebut dibantah oleh pihak Russia.
Bagaimanapun juga ketegangan yang meningkat dan risiko meletupnya perang dunia III membuat emas berpeluang menjadi primadona lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[CNBC]
KOMENTAR