Gurusaham.com - Kinerja saham emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terus menunjukkan tren penurunan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Unilever Indonesia sempat menyentuh level tertinggi tahun 2018 silam di kisaran Rp 11.180 per saham.
Kemudian, terus berangsur turun di 2019 ke level di bawah Rp 8.726 per saham. Puncaknya, saat pandemi Covid-19 berkecamuk tahun 2020, harga sahamnya jatuh ke bawah Rp 6.200 dan kini kembali mencapai level terendah ke posisi Rp 3.820 per saham.
Analisis menarik datang dari Nilzon Capital yang menyebutkan, sudah saatnya mungkin Unilever Indonesia menjadi perusahaan tertutup. Hal ini didasarkan pada kinerja saham UNVR yang sejak 1 Januari 2018 hingga awal Februari 2022 yang secara signifikan berada di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks LQ45.
"Saham Unilever sekarang diperdagangkan dengan diskon 66% dari puncaknya di awal 2018, atau -62% jika disesuaikan dengan pembayaran dividen," ungkap riset tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (22/2/2022).
Kinerja saham yang terus mengalami penurunan itu juga berimbas pada pemotongan bobot besar-besaran bobot Unilever dari indeks utama Indonesia, khususnya IDX Composite, IDX-30, dan LQ-45 karena penerapan aturan free-floa yang baru. Saat ini, pemegang saham publik Unilever tersisa 15% dan sisanya dimiliki oleh Unilever Indonesia Holding B.V sebagai pengendali dengan kepemilikan 84,99%.
Tak hanya itu, riset tersebut juga memaparkan, dalam 12 kuartal terakhir, kinerja keuangan Unilever lebih rendah dai yang diharapkan.
"Hal ini membuat sebagian besar analis dan investor tidak senang dengan fundamentalnya, apalagi prospeknya," tulis Nilzon Capital.
Berdasarkan 17 analis yang diamati oleh Refinitiv, hanya 1 yang memiliki rating beli, dengan 6 standby pada bear camp.
"Target harga rata-rata UNVR cenderung lebih rendah, menunjukkan kepercayaan analis yang memudar terhadap prospeknya," urai riset tersebut.
Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut pada harga saham, memberikan tekanan pada manajemen dan eksekutif kunci untuk menerapkan perubahan radikal untuk mengembalikan kepercayaan investor.
Sebagai catatan, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba sebesar Rp 5,76 triliun pada 2021. Laba bersih itu turun 19,6% dibandingkan dengan Rp 7,16 triliun pada 2020.
Penurunan laba disebabkan turunnya penjualan. Perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp 39,5 triliun pada 2021, turun 7,97% dari Rp 42,97 triliun pada 2020.
Perseroan mencatat pertumbuhan penjualan domestik melambat sebesar 8% pada tahun 2021. Adapun kategori Foods & Refreshment menjadi penopang utama pertumbuhan dengan membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 1,4% di tahun 2021.
Berdasarkan riset BRI Danareksa Sekuritas, dari total penjualan Rp 39,5 triliun pada 2021, 96%-nya berasal dari penjualan domestik dan sisanya dari ekspor.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating HOLD untuk saham UNVR dengan target price Rp 4.300, berkaca dari mengecilnya laba perseroan di tengah lingkungan yang semakin menantang.
"Perolehan laba pada 2021 tersebut 95% dari full-year forecast kami dan 96% dari perkiraan konsensus, sebenarnya masih in line," tulis analis Natalia Sutanto dalam riset yang dikutip Senin (14/2/2022).
Sampai berita ini diturunkan, CNBC Indonesia masih mencoba menghubungi manajemen Unilever Indonesia terkait kemungkinan rencana go private tersebut.
[CNBC]
KOMENTAR