Gurusaham.com - Kepemilikan investor klien dari Nomura Bank Switzerland (NBS) di saham emiten pertambangan batu bara milik Grup Bakrie, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus bertambah.
Setelah pada Rabu lalu kepemilikan investor NBS tersebut menguasai perusahaan mencapai 6,72%. Pada esok harinya yakni Kamis pekan lalu, kepemilikan investor NBS tersebut kian bertambah menjadi 6,97%, atau nyaris 7%.
Dengan ini, maka jumlah saham NBS di saham BUMI dari posisi Rabu hingga Kamis pekan lalu bertambah sekitar Rp 341 juta lembar saham. Adapun jumlah saham yang dimiliki oleh investor tersebut di saham BUMI per Kamis pekan lalu mencapai Rp 9.411.249.300 lembar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, investor yang belum diketahui pasti identitasnya ini pertama kali memborong saham BUMI sebanyak 7,48 miliar atau mewakili kepemilikan 5,54% pada 19 Juli lewat rekening escrow di NBS.
Pembelian ini merupakan yang pertama dan memicu Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan nama pembeli kepada investor publik. Karena menggunakan rekening escrow, tidak diketahui siapa investor dibalik pembelian tersebut.
KSEI menyebut bahwa pembelian dilakukan lewat broker Citibank NA. Adapun alamat entitas pembeli dinyatakan berada di Kasernenstrasse 1, 8021 Zurich, yang merupakan alamat kantor Nomura Swiss.
Selanjutnya, aksi beli kembali berlanjut sehari setelahnya yakni pada tanggal 20 Juli 2022, yang mana klien Bank Nomura Swiss tersebut menambah 200 juta saham di BUMI, sehingga kini kepemilikannya menjadi 5,69%.
Dileep Srivastava, Direktur BUMI mengatakan tidak mengetahui siapa identitas di balik escrow NBS. "Kami belum memiliki gambaran terkait hal ini," ujarnya kepada CNBC Indonesia
Pembelian tersebut sempat mendongkrak kinerja saham BUMI di bursa, di mana pada tanggal 19 dan 20 Juli, saham BUMI menguat masing-masing 2,60% dan 5,06%. Sedangkan pada perdagangan 21 Juli saham BUMI ditutup stagnan.
Pada perdagangan sesi I hari ini, penguatan saham tidak seperti dua pekan lalu, di mana saham BUMI menguat 0,88% ke posisi harga Rp 114/saham.
Secara total, sejak penutupan perdagangan 18 Juli atau sehari sebelum klien Nomura masuk ke BUMI hingga perdagangan sesi I hari ini, saham BUMI telah melesat hingga 48,1%.
Menggunakan asumsi batas bawah yakni harga penutupan perdagangan per 18 Juli, investor yang memborong nyaris 8 miliar saham BUMI dalam kurun waktu tiga hari tersebut diperkirakan merogoh kocek lebih dari Rp 610 miliar untuk menguasai 5,91% saham BUMI.
Sebelumnya pada pertengahan bulan ini, BUMI mengumumkan rekor pembayaran sebesar US$ 118,3 juta atau setara dengan Rp 1,77 triliun kepada pemegang Tranche A. Secara total, Tranche A telah menerima total pembayaran US$ 731,3 juta secara tunai dari BUMI.
Corporate Secretary BUMI juga menyebut bahwa seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B. Dileep menambahkan bahwa kupon Payment-in-KInd (PIK) atau pembayaran non tunai dari tanggal 11 April 2018 hingga 12 Juli 2022 atas Tranche B dan C juga sudah dikapitalisasi.
Melansir Refinitiv, utang BUMI atas empat obligasi masih tersisa Rp 21,02 triliun. Tiga dari empat obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 11 Desember tahun ini dan diterbitkan dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) atau nilainya mencapai Rp 12,56 triliun.
Sementara itu Rp 8,46 triliun sisanya akan jatuh tempo pada 26 Juli 2024 dalam mata uang rupiah dan merupakan senior unsecured bond.
Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, perusahaan masih merasakan tekanan likuiditas dan mencatatkan defisiensi modal sebesar Rp 6,35 triliun.
[CNBC]
KOMENTAR