Jakarta, CNBC Indonesia - Laju bursa saham domestik berbalik ke zona hijau pada perdagangan Rabu kemarin (10/3/2021). Indeks Harga Saham Gabungan menguat 1,05% ke level 6.264,67 poin dengan nilai transaksi Rp 10,82 triliun dan frekuensi sebanyak 1,02 juta kali.
Pelaku pasar asing sudah kembali melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 296,16 miliar. Sedangkan, jika diakumulasi sejak awal tahun ini, pembelian bersih mencapai Rp 13,25 triliun.
Terdapat sejumlah aksi korporasi yang menarik sepanjang perdagangan Rabu kemarin, berikut rangkuman CNBC Indonesia:
1. Eks Dirut Bosowa Jadi Tersangka, Kasus Apa?
Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dit Tipideksus) Bareskrim Polri menetapkan mantan Direktur Utama PT Bosowa Corporindo SA sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana sektor jasa keuangan.
"Atas perbuatan tersangka yang diduga dengan sengaja mengabaikan dan/atau tidak melaksanakan perintah tertulis dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Dir Tipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helmy Santika dalam keterangan resmi, Rabu (10/3/2021).
Penetapan SA sebagai tersangka, menurut Helmy itu dilakukan setelah melalui proses gelar perkara. Penyidik telah memperoleh fakta hasil penyidikan dan alat bukti sehingga menetapkan SA sebagai tersangka dalam perkara itu.
Helmy menjelaskan, diketahui sejak bulan Mei 2018, PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP) telah ditetapkan sebagai Bank dalam Pengawasan Intensif oleh OJK karena permasalahan tekanan likuiditas. Kondisi tersebut semakin memburuk sejak bulan Januari hingga Juli 2020.
2. Investor Siap-siap yah! BRIS Mau Rights Issue Rp 7 T
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan rencana penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan digelar tahun ini.
Dari penerbitan saham baru ini perusahaan menargetkan bisa mendapatkan dana sebanyak-banyaknya US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rights issue ini ditujukan untuk mencari partner strategis perusahaan sekaligus untuk menambah jumlah saham beredar perusahaan (free float).
"Tahun ini akan dilaksanakan rights issue Bank Syariah Indonesia sebagai bagian upaya meningkatkan free float dan menemukan strategic partner," kata Kartika dalam acara Mandiri Investasi Market Outlook 2021, Rabu (10/3/2021).
3. Kakak Hary Tanoe Caplok 51% Saham ZBRA
Perusahaan ekspor impor produk farmasi PT Trinity Healthcare (THC) milik Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo atau Rudy Tanoe meneken Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PPJB) dengan PT Infiniti Wahana (IW) selaku pemegang saham pengendali dalam PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA), perusahaan taksi yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur.
Infiniti memiliki 665.186.134 saham ZBRA, terdiri dari 3.400 saham Seri A dengan nilai nominal Rp 500 per saham dan 665.182.734 saham Seri B dengan nilai nominal Rp100 per saham atau seluruhnya sebesar 77,70% dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam ZBRA.
Perjanjian PPJB itu diteken pada 26 Februari 2021. Berdasarkan PPJB, Infiniti dan THC sepakat untuk melakukan jual beli saham sebanyak 436.627.835 saham Seri B atau 51% dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam ZBRA (saham yang dijual) dengan harga Rp 56/saham. Nilainya setara dengan Rp 24,45 miliar.
4. Kejar Deadline PSN, PTPP Geber Proyek Bendungan Rp 1,6 T
BUMN konstruksi, PT PP Tbk (PTPP) menargetkan penyelesaian dua bendungan yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di tahun ini. Kedua bendungan ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp 1,66 triliun.
Dua bendungan yang dimaksud adalah Bendungan Way Sekampung Paket I & III yang berlokasi di Lampung dan Bendungan Pidekso di Jawa Tengah (Jateng).
Sekretaris Perusahaan PTPP Yuyus Juarsa mengatakan penyelesaian pembangunan proyek bendungan yang menjadi PSN merupakan salah satu Program pemerintah untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional.
5. BTN Bakal Rights Issue Rp 5 T Tahun Depan
Bank BUMN pembiayaan perumahan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Targetnya nilai yang bisa didapat dari aksi korporasi ini adalah senilai Rp 5 triliun. Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan diharapkan dengan penambahan modal ini, pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas akan merealisasikan haknya dengan menyuntikkan modal Rp 3 triliun ke perusahaan. Sedangkan sisanya akan dieksekusi oleh pemegang saham lainnya.
"Kebutuhan kami Rp 5 triliun. Kita harap Rp 3 triliun adalah dari pemegang saham Dwiwarna karena komposisi 60% dan Rp 2 triliun dari yang lainnya dengan mekanisme HMETD," kata Nixon dalam konferensi pers, Rabu (10/3/2021).
[CNBC]
KOMENTAR