Gurusaham.com - Grab Holdings Inc. dan Traveloka siap menjadi perusahaan publik dalam beberapa bulan mendatang. Langkah ini memulai pesta untuk menyambut era internet Asia Tenggara yang telah lama terabaikan.
Grab pekan ini akan mengungkap pendaftarannya melalui perusahaan cek kosong AS yang menarik pendukung dari T. Rowe Price hingga Temasek Holdings Pte dan menilai valuasi raksasa ride-hailing itu lebih dari US$34 miliar, dikutip dari Bloomberg, Senin (12/4/2021).
Sementara itu, startup Traveloka dari Indonesia akan menyusul dan mendaftar dengan penilaian sekitar US$5 miliar melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus yang didukung oleh miliarder Richard Li dan Peter Thiel.
Kendati demikian, ketentuan pada kedua kesepakatan masih bisa berubah menurut sumber Bloomberg tersebut.
Kesepakatan besar ini akan menghadirkan serangkaian penawaran umum perdana dari startup paling berharga di kawasan ini mulai 2021, dari musuh bebuyutan Grab, Gojek, dan raksasa e-commerce Tokopedia hingga PropertyGuru dari Singapura.
Debut mereka memungkinkan investor untuk bertaruh pada pengaruh industri di era seluler pasca Covid-19 atas lembaga keuangan dan konglomerat industri yang telah lama mendominasi lanskap perusahaan di Asia Tenggara.
Dalam jangka panjang, pengamat pasar mengharapkan perusahaan teknologi yang tumbuh cepat mendominasi perhatian seperti yang mereka miliki di China dan AS, merombak daftar Asia Tenggara yang sekarang dipimpin oleh pemimpin game dan e-commerce Sea Ltd.
Direktur Cathay Capital Rajive Keshup menuturkan telah melihat tren serupa di pasar lain yang lebih mapan, dan sekarang ini adalah periode emas Asia Tenggara untuk masuknya para perusahaan rintisan ke bursa saham.
“Kami berharap lebih banyak modal mengalir ke kawasan ini setelah pengumuman besar ini. Dan itu adalah indikator utama yang sangat baik tentang kesehatan wilayah ini," urainya dikutip dari Bloomberg, Senin (12/4/2021).
Perkembangan industri teknologi di Asia Tenggara, rumah bagi sekitar 10 negara populasi dunia dan beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat seperti Indonesia, sedikit terlambat untuk diakui. Wilayah ini tidak memiliki satupun perusahaan teknologi besar yang terdaftar sampai SEA go public di New York pada 2017.
Itu terlepas dari pertumbuhan populasi pengguna ponsel cerdas dengan kecepatan yang tak tertandingi di sebagian besar dunia, didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang mendorong investasi di teknologi.
Potensi itu menarik orang-orang seperti Amazon.com Inc. dan perusahaan besar China termasuk Tencent Holdings Ltd. dan Alibaba Group Holding Ltd., yang melihat konsumen Asia Tenggara yang semakin makmur sebagai kunci ambisi global mereka.
Di sisi lain, Gojek dan Tokopedia, dua startup teknologi paling berharga di Indonesia, sedang mencari persetujuan investor untuk merger yang dapat menciptakan perusahaan internet terbesar di negara itu menjelang IPO ganda. Perusahaan rintisan lainnya menjelajahi daftar termasuk PropertyGuru dari Singapura, dan Bukalapak dari Indonesia.
Kerry Goh, Kepala Investasi Kamet Capital Partners Pte., menerangkan penawaran umum perdana Grab dan Traveloka akan mempercepat perhatian investor dan karenanya, diharapkan lebih banyak lagi perusahaan rintisan yang go public.
“Pencatatan Grab memberikan jalan keluar yang ditunggu-tunggu bagi investor yang ada. Sementara itu, memberikan peluang menarik bagi investor AS untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang berkembang di Asia Tenggara,” katanya.
KOMENTAR