Gurusaham.com - Kabar mengejutkan datang dari PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) yang pekan lalu resmi mengubah lagi nama perusahaan menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (7/4/2021).
Bahkan RUPSLB juga telah menyetujui untuk mengangkat empat anggota direksi dan satu presiden komisaris baru yang akan berlaku efektif setelah dinyatakan lulus fit and proper test dan telah memperoleh surat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Beberapa nama yang menjadi sorotan yakni Dyota Marsudi sebagai Presiden Direktur dan tengah menunggu fit and proper test OJK. Dyota adalah putra dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Retno menikah dengan Agus Marsudi, seorang arsitek, dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi. Dyota menggantikan posisi Presiden Direktur BANK yakni Basuki Hidayat.
Nama lain yang juga ramai disorot ialah Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa yang menjabat Presiden Komisaris (Independen) menggantikan Ationo Teguh Basuki yang menjadi komisaris. Alvin sebelumnya menjabat President Director PT Mandiri Manajemen Investasi (November 2017-Maret 2021).
Kemudian mata publik juga dikagetkan dengan bergabungnya tiga eks petinggi OVO (PT Visionet Internasional) layanan transaksi digital yang didirikan Grup Lippo, ke Bank Aladin ini.
Mereka adalah Firdila Sari sebagai Direktur Digital Banking, Willy Hambali sebagai Direktur Keuangan dan Strategi, dan Budi Kusmiantoro sebagai Direktur Teknologi Informasi. Seluruhnya masih menunggu hasil fit and proper test OJK.
"Kami melihat Aladin sebagai brand yang memenuhi kriteria ramah di telinga publik, mudah diingat, memiliki asosiasi yang positif namun tidak eksklusif bagi kalangan tertentu saja," kata Dyota, Presiden Direktur Bank Aladin Syariah yang baru, dalam keterangannya, dikutip Senin (12/4/2021).
"Jika dilihat suku katanya, Aladin memiliki arti yang mendalam. Ala berarti dengan atau di atas. Sedangkan Din berarti way of life atau faith", ujar Dyota
Dyota yang mantan Senior Executive Director of Investments di Vertex Ventures, Singapura, itu mengatakan, Aladin diharapkan dapat menjadi representasi merek yang dinamis dan dapat merangkul berbagai kalangan dengan beragam latar belakang.
"Pergantian nama ini bukan sekadar proses merubah nama dan logo, melainkan juga sebuah transformasi diri menjadi bank yang lebih relevan, merangkul dan dekat kepada masyarakat masa kini melalui pendekatan digitalisasi. Di samping itu, kami juga berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk semua nasabah kami" lanjut Dyota.
Dengan pergantian ini, maka sudah lima kali nama perusahaan berubah. Bank Net Indonesia Syariah ini sebelumnya bernama Bank Maybank Syariah Indonesia. Perusahaan ini pertama kali dibentuk dengan nama PT Bank Maybank Nusa International, di Jakarta pada 16 September 1994.
Prospektus perusahaan menyebutkan, tahun 1994, pemegang saham bank ini kala itu yakni PT Bank Nusa International 21%, dan Malayan Banking Berhad asal Malaysia 79%.
Tahun 2000, perseroan berganti nama menjadi PT Bank Maybank Indocorp dengan beralihnya kepemilikan saham Bank Nusa Nasional kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), selanjutnya kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia lewat PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
Lalu, 10 tahun kemudian, tahun 2010, perseroan kembali berganti nama dari Bank Maybank Indocorp menjadi Bank Maybank Syariah Indonesia seiring dengan pergantian bidang usaha dari bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada tahun 2019 perseroan bertransformasi menjadi PT Bank Net Indonesia Syariah setelah terjadi pengambilalihan 100% saham perseroan oleh PT NTI Global Indonesia dan PT Berkah Anugerah Abadi (BAA). Terakhir, pekan lalu, Bank Net Indonesia Syariah menjadi Bank Aladin Syariah.
Bank Aladin Syariah masih akan melanjutkan pengenalan nama, logo berikut tagline baru dalam acara peluncuran di beberapa bulan ke depan. Langkah ini menjadi salah satu upaya untuk lebih mendekatkan citra baru perseroan kepada nasabah dan masyarakat.
Adapun dari sisi harga saham, saham Bank Aladin Syariah yang tercatat pertama kali di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BANK pada 1 Februari di harga Rp 103/saham kini harganya sudah melesat 2.705% menjadi Rp 2.890/saham pada perdagangan Jumat pekan lalu (9/4/2021).
Lantas, bagaimana sepak terjang para petinggi bank Bank Aladin ini?
Berikut profil lengkap jajaran pengurus baru Bank Aladin pasca-RUPSLB 7 April lalu.
Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa, Presiden Komisaris (Independen)
Alvin sebelumnya menempuh pendidikan MSc Finance dari EDHEC Business School di Nice, Prancis, Master Degree in Management di IPMI International Business School, Jakarta dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Parahyangan, Bandung.
Pengalaman berkarier sebagai Senior Fund Manager di PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (1997-2002), Director - Head of Equity di PT BNP Paribas Investment Partner (2002-2011), Investment Director di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (2012-2017), Chief Investment Officer di PT Mandiri Manajemen Investasi dari Grup Mandiri (September 2017) dan President Director di PT Mandiri Manajemen Investasi (November 2017-Maret 2021).
Dyota Marsudi - Presiden Direktur
Putra Menlu Retno Marsudi ini lahir di Palembang pada tahun 1989. Dia memperoleh gelar Master in Business Administration dari INSEAD dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Pengalaman berkarier sebagai Management Consultant di Boston Consulting Group (2011-2017), Co-Founder & COO di Happy5.co (2016-2018), Member of National Digital Transformation Committee di PPN/BAPENAS (2019) dan Senior Executive Director of Investments di Vertex Ventures, Singapura (2018-2021).
Firdila Sari - Direktur Digital Banking
Lahir di Malang pada tahun 1985 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Pengalaman berkarier sebagai Manager, Product Management-Global Payments & Cash Management (PCM) di PT Bank HSBC Indonesia (2008-2012), Senior Manager, Office of CEO di PT Digital Media Asia (VivaPlus) (2012-2013), Senior Manager, Business Development, Product, & Content Management di PT Digital Vision Nusantara (K-Vision) (2013-2015), dan Head of Product di PT Visionet Internasional (OVO) (2015- 2017).
Lainnya yakni Vice President, Head of Mobile Products di PT Bank Commonwealth (2017-2018), Vice President, Head of Product di PT Visionet Internasional (OVO) (2018-2020) dan Digital Banking Group Head di PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (2020-2021).
Willy Hambali - Direktur Keuangan dan Strategi
Lahir di Jakarta pada tahun 1981 dan memperoleh gelar Master in Business Administration dari Johnson Graduate School of Management, Cornell University. Pengalaman berkarir sebagai Demand Analyst di Singapore Airlines (2006-2007), Fixed income and equity derivatives di Royal Bank of Scotland (2007- 2009), dan sebagai Associate di A.T. Kearney (2011-2013), sebagai Direktur Pengembangan Bisnis di Purwana Group (2013-2015).
Lalu Senior Managing Consultant di MasterCard Advisors (2015-2016), Project Director, Chief Product Officer di PT Visionet Internasional (OVO) (2016-2019), Director of Portfolio Operations di PT Multipolar Tbk (2019), Gojek & Head of Liquidity Gopay (2019 - 2020).
Budi Kusmiantoro - Direktur Teknologi Informasi
Lahir di Jakarta pada tahun 1976 dan memperoleh gelar Master of Science, San Jose State University, AS. Pengalaman berkarir sebagai Software Engineer di Novell, Inc (2000-2001), Software Engineer III di Symbol Technologies (2001- 2004), dan Team Architect di PayPal (2004-2006).
Lainnya yakni Senior Engineering Manager di Google (2006-2016), Vice President Engineering di Traveloka (2016-2018), Chief Technology Officer di PT Visionet Internasional (OVO) (2018-2019) dan Chief Technology Officer Transport di Traveloka (2019-Januari 2021).
Setelah mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI pada 1 Februari lalu, saham Bank Aladin kini dipegang NTI Global dengan porsi mayoritas 60,55%, investor publik 37,90%, dan sisanya PT Alphaplus Adhigana Asia (AAA) yang sebelumnya mengambilalih saham pemegang saham lama PT Berkah Anugerah Abadi (BAA).
Sebelum IPO, investor Bank Aladin hanya dua yakni NTI Global 97,50% dan Alphaplus 2,50% sebagaimana disebutkan dalam prospektus 11 Januari 2021.
Dalam prospektus IPO disebutkan bahwa di balik nama NTI Global, ada pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias beneficial ownership yakni pengusaha bernama John Dharma J Kusuma.
Dari beberapa literatur artikel dan situs resmi terkait, John adalah salah satu petinggi dari PT Nojorono Tobacco International (Nojorono), pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild. Saat ini perusahaan menduduki posisi kelima dalam industri rokok terbesar di Indonesia.
Situs resminya mencatat, Nojorono Kudus, merupakan salah satu perusahaan pelopor rokok kretek di Indonesia. Nojorono (baca: No-Yo-Ro-No) didirikan pada 14 Oktober 1932 oleh Ko Djee Siong dan Tan Djing Thay dan berpusat di Kudus, Jawa Tengah.
Adapun investor di balik Alphaplus adalah anak muda bernama Anthony Pradiptya yang menjadi beneficial ownership.
Antnohy merupakan partner dari Kaesang, putra bungsu Presiden Jokowi, di bisnis GK Hebat, perusahaan induk yang berkantor di Generali Tower, Jakarta Selatan, yang membawahi sejumlah bisnis di antaranya Sang Pisang, Yang Ayam, Ternakopi, Siap Mas, Let's Toast, dan Enigma Camp.
Anthony yang baru berusia 34 tahun ini adalah putra Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinarmas Grup.
"Ya benar [putra saya]," kata Gandi, dalam pesan WhatsApp-nya kepada CNBC Indonesia.
"Mohon doanya, mereka independen menentukan bisnisnya, tidak ada kaitan dengan posisi saya di Sinarmas. Saya orangtua hanya mendukung. Mereka startup, dan masih kecil. UMKM," kata Gandi.
Di jajaran direksi Gan Kapital, situs resmi mencatat, nama Anthony Pradiptya Gan sebagai CEO, Edwin Prasetya Gan sebagai Chief Operation Officer (COO), dan Wesley Harjono sebagai Chief Financial Officer (CFO).
Wesley juga menantu Gandi.
"Tak ada pergantian pemegang saham Mas [dalam RUPSLB Rabu 7 April lalu]," kata Wesley dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/4). "Yang ada background di venture capital [modal ventura] hanya Pak Dyota [Dirut, Dyota Marsudi]," kata alumnus bachelor science di bidang administrasi bisnis di GS Fame Business Institute of Philippines ini.
KOMENTAR