Gurusaham.com - Manajemen PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK), bank yang baru saja mengganti namanya menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk, menjelaskan soal isu masuknya Sea Ltd, induk dari e-commerce Shopee yang berbasis di Singapura.
Kabar tersebut pertama kali diembuskan dalam laporan The Straits Times, media asal Singapura, berdasarkan sumber yang mengetahui kabar pasar ini. Sumber tersebut menyebutkan Sea sedang mengincar Bank Aladin Syariah untuk menjadi partner online dari anak usahanya Shopee.
Sea yang tercatat di bursa Wall Street, NYSE (New York Stock Exchange), dengan kode saham SE ini sudah memiliki PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE). Bank ini kini sudah berubah nama menjadi Bank Seabank Indonesia.
Dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Bank Aladin menegaskan bahwa saat ini perseroan memang dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis kendati tidak membantah kabar tersebut.
"Belum ada transaksi [masuknya Shopee], saat ini perseroan masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis," kata Ali Akbar Hutasuhut, Head of Corporate Secretary Bank Aladin Syariah, dalam keterbukaan informasi di BEI, Kamis (22/4/2021).
BEI pun bertanya apakah sudah terjadi transaksi antara Bank Aladin Syariah dengan pihak Sea Ltd. sehingga perlu dijelaskan ruang lingkup dan bentuk kerja sama operasional serta pengaruh terhadap usaha Bank Aladin Syariah sebagai bank digital.
"Belum ada transaksi, saat ini perseroan masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis," jelasnya.
Dia mengatakan, ruang lingkup kerja sama dengan mitra strategis (tanpa menyebut Shopee) dapat meliputi, namun tidak terbatas pada penyediaan layanan dan produk perbankan konvensional dan digital bagi calon mitra perseroan untuk menunjang bisnis calon mitra strategis.
"Kerja sama ini dapat meningkatkan bisnis Perseroan karena adanya ekosistem calon mitra strategis yang dapat digarap sehingga dapat meningkatkan portofolio kredit dan/atau dana pihak ketiga (DPK) perseroan," jelasnya.
Ali juga belum bisa menjelaskan porsi kepemilikan Sea Ltd dan pihak pengendali setelah akuisisi bila terjadi.
"Belum ada transaksi, saat ini perseroan masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis. Saat ini perseroan berencana akan melakukan penambahan modal dengan menerbitkan saham baru [rights issue] dan saat ini perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis untuk mengembangkan bisnis perseroan."
Dari pasar modal, saham BANK ditutup stagnan di posisi Rp 3.700/saham dengan nilai transaksi Rp 77,12 miliar. Harga saham tersebut sudah melesat hingga 3.492% dari harga penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 1 Februari 2021, Rp 103/saham.
Secara price to earnings ratio (PER) atau rasio harga terhadap laba sudah mencapai 631 kali, dengan rasio harga terhadap nilai buku (price to book value/PBV) mencapai 81,94 kali.
Adapun Bank Aladin Syariah dulunya bernama PT Bank Net Indonesia Syariah. Sebelum diakuisisi PT NTI Global Indonesia, dan PT Berkah Anugerah Abadi, bank ini bernama Bank Maybank Syariah Indonesia.
Per Maret 2021, saham perusahaan dipegang Bortoli International Ltd 20,01%, Kasai Universal Inc 6.18%, dan NTI Global Inodnesia 60,55%, sisanya publik 13,26%.
CNBC Indonesia mencoba mengkonfirmasi kabar ini kepada Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa, Presiden Komisaris (Independen). Namun yang bersangkutan mengatakan dirinya belum bisa memberikan pernyataan resmi. Alvin dan beberapa direksi lainnya memang masih dalam proses fit and proper test dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Alvin nantinya menggantikan Ationo Teguh Basuki yang menjadi komisaris. Alvin sebelumnya menjabat President Director PT Mandiri Manajemen Investasi (November 2017-Maret 2021).
Berdasarkan keterangan resmi manajemen BANK, selalin masuknya Alvin, ada juga tiga eks petinggi OVO yang menjadi direktur dan tengah menunggu hasil fit and proper test dari OJK.
Ketiganya yakni Firdila Sari (mantan Head of Product OVO) sebagai Direktur Digital Banking, Willy Hambali (mantan Chief Product Officer OVO) sebagai Direktur Keuangan dan Strategi, dan Budi Kusmiantoro (mantan Chief Teknologi Officer OVO) sebagai Direktur Teknologi Informasi Bank.
Selain Alvin dari Grup Mandiri, nama lain yang disorot yakni Dyota Marsudi sebagai Presiden Direktur dan tengah menunggu fit and proper test OJK.
Dyota adalah putra dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Dyota menggantikan posisi Presiden Direktur BANK yakni Basuki Hidayat.
KOMENTAR