Gurusaham.com - Emiten rokok Grup Philip Morris, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp 72,3/saham atas laba bersih perusahaan sepanjang 2020 lalu.
Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2020 yang digelar hari ini, Kamis (27/5/2021).
"Perusahaan mengumumkan dividen sebesar Rp 72,8 per saham untuk 2020," kata Mindaugas Trumpaitis Presiden Direktur Sampoerna dalam siaran persnya, Kamis (27/5/2021).
Jika mengacu pada data saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah saham sebanyak 116.318.076.000, maka nilai dividen yang dibagikan mencapai Rp 8,46 triliun.
Nilai ini merupakan 98% dari nilai laba bersih perusahaan tahun lalu yang senilai Rp 8,58 triliun. Laba tersebut turun sebesar 37,95% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 13,72 triliun.
Penurunan laba bersih menyebabkan laba per saham dasar perseroan turun menjadi Rp 74 per saham dari sebelumnya Rp 118 per saham.
Penyebab penurunan laba bersih tersebut adalah menurunnya penjualan bersih HMSP sebesar 13,2% menjadi Rp 92,42 triliun dari sebelumnya Rp 106,55 triliun.
Mindaugas menyebutkan perusahaan mengalami penurunan volume penjualan mencapai 19,3% sepanjang tahun lalu.
Penurunan ini disebabkan oleh pembatasan sosial akibat COvid-19 yang menciptakan lingkungan pasar yang menantang dan mempengaruhi permintaan domestik, bahkan saat permintaan memang sudah turun sejak sebelum pandemi berlangsung.
Kondisi ini kemudian ditambah dengan adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau secara rata-rata tertimbang sebesar 24% dan kenaikan harga jual eceran (HJE) sebesar 46% di tahun lalu.
"Kondisi ekonomi yang menantang berakibat pada penurunan volume penjualan Perseroan yang signifikan, mencapai 19,3% pada tahun 2020. Pandemi Covid-19 memperburuk isu daya beli masyarakat yang bahkan sudah ada sejak sebelum pandemi. Terutama pembatasan sosial di wilayah perkotaan di mana pangsa pasar kami besar, yang mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap portofolio kami," kata dia.
Kinerja Sampoerna disokong oleh portofolio sigaret kretek tangan (SKT) yang bertumbuh sebesar 1,2 poin persentase menjadi 7,2% pada tahun 2020.
Sementara untuk produk sigaret kretek mesin dan sigaret putih mesin (SKM dan SPM) mengalami penurunan akibat tarif cukai yang signifikan dan dampak ekonomi dari pandemi.
Dia juga mengungkapkan bahwa perusahaan menghargai keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif bagi segmen SKT yang padat karya pada 2021 untuk melindungi para pekerja.
"Keputusan ini telah memungkinkan segmen SKT untuk tumbuh dan industri IHT untuk mempertahankan tenaga kerja," terangnya.
Mindaugas mengatakan bahwa dampak pandemi seperti daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akan mengakibatkan peralihan ke produk dengan harga lebih murah (downtrading) akan terus berlangsung.
"Sampoerna berharap pemerintah dapat memperkecil perbedaan tarif cukai segmen rokok mesin Golongan I dengan Golongan II dan III guna mengurangi laju downtrading," terangnya.
KOMENTAR