Gurusaham.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bernasib kurang mujur minggu ini karena harus mengalami koreksi hingga 1,1%. Data-data transaksi juga menunjukkan bahwa perdagangan masih sepi dan kurang bergairah.
Nilai transaksi tercatat masih mencapai Rp 9,2 triliun di awal pekan. Namun pada perdagangan hari terakhir minggu ini, nilai transaksi hanya Rp 8,7 triliun saja. Secara rata-rata, nilai transaksi di bursa hanya Rp 9 triliun.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menunjukkan transaksi setiap bulannya cenderung menurun di kuartal pertama tahun ini. Pada awal tahun rata-rata transaksi harian mencapai Rp 20,5 triliun.
Kemudian di bulan Februari transaksi turun hampir 25% menjadi Rp 15,6 triliun. Transaksi semakin turun di bulan Maret dan hanya Rp 11,9 triliun. Kalau dilihat minggu ini nilai transaksi juga semakin turun.
IHSG turun di kala asing masuk ke bursa saham domestik. Minggu ini saja asing membukukan aksi beli bersih senilai hampir Rp 882 miliar di pasar reguler. Berikut ini adalah lima saham yang paling banyak dikoleksi asing berdasarkan nilai transaksinya :
Nama | Kode | Net Foreign Buy (Rp miliar) | Harga (Rp/Unit) | Change (%) |
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk | TBIG | 251.4 | 2530 | -9.32 |
PT Bank Central Asia Tbk | BBCA | 182.2 | 32000 | -0.08 |
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk | BBRI | 135.8 | 4050 | 0 |
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk | TLKM | 133.2 | 3190 | -0.31 |
PT Digital Mediatama Maxima Tbk | DMMX | 82.6 | 775 | 26.02 |
Sumber : RTI Infokom
Pasar nasional masih didera kekhawatiran seputar penyebaran virus Covid-19 dari India, yang dikabarkan telah memicu penghentian aktivitas publik (lockdown) di Malaysia dan pengetatan aktivitas di Singapura.
Beberapa laporan juga menyebutkan warga negara India telah masuk ke Indonesia, baik dengan pesawat udara maupun laut. Kapal yang bersandar dari India di Riau diketahui dikemudikan oleh kapten dan awak kapal yang positif mengidap Covid-19.
Di sisi lain, pelaku pasar masih mencermati adanya ekspektasi mulai adanya pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diserukan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen.
Kebijakan moneter ketat, berupa kenaikan suku bunga acuan dan pengurangan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) berpeluang besar memicu capital outflow yang akan menekan aset keuangan dalam negeri mulai dari saham, obligasi hingga nilai tukar rupiah.
Kekhawatiran tersebut meningkat setelah Yellen menilai bahwa suku bunga acuan seharusnya dinaikkan untuk mencegah ekonomi AS kepanasan. "Ini bukan sesuatu hal yang saya prediksikan atau rekomendasikan," tuturnya.
Bank sentral AS juga mulai menjajaki peluang tersebut seperti yang disebutkan oleh Vice Chairman The Fed Richard Clarida kepada CNBC International, yang menyebutkan bahwa perlu ada kemajuan tambahan selain pembaikan angka tenaga kerja di AS, dan kemudian bank sentral akan mengurangi kebijakan moneter longgar.
KOMENTAR