Gurusaham.com - Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) langsung masuk 5 indeks saham acuan sekaligus dan mendepak saham penghuni sebelumnya. Padahal saham BUKA belum 2 bulan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah listing pada 6 Agustus silam.
Berdasarkan data evaluasi fast entry yang sudah dilakukan oleh otoritas BEI, saham BUKA berhasil masuk indeks IDX30, LQ45, IDX80, JII (Jakarat Islamic Index) dan JII70.
Saham BUKA menggeser saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Link Net Tbk (LINK), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ).
Di LQ45, saham BUKA menggeser saham SMRA. BEI dalam lampirannya memang menyebutkan melakukan evaluasi fast entry sebelum memasukkan saham Bukalapak ke dalam indeks tersebut.
Regulator menilai rasio free float (batasan minimal porsi saham publik) emiten teknologi Grup Emtek itu mencapai 44% sehingga dapat menggeser konstituen lain.
Perhitungan ini mulai efektif 29 September mendatang hingga Januari 2022 atau 6 bulan, sementara periode efektif jumlah saham penghitungan indeks yakni 29 September sampai Oktober 2021.
Indeks Lain
Di IDX30, saham BUKA berhasil masuk mendepak TKIM. Nasib saham PT Link Net Tbk (LINK) juga serupa dengan SMRA karena posisinya di indeks IDX80 harus rela tergantikan oleh BUKA.
Tak sampai di situ saja saham BUKA juga masuk indeks saham syariah JII (Jakarta Islamic Index) dan JII70 menggantikan PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) dan PT Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ).
Data BEI mencatat, pada perdagangan sesi I, saham BUKA ditutup naik 4,71% di Rp 890/saham, naik dari harga di hari sebelumnya Rp 850/saham, harga yang sesuai dengan IPO yakni Rp 850.
Nilai transaksi saham BUKA mencapai Rp 352 miliar dengan volume perdagangan 399,35 juta saham. Jika melihat dari likuiditas saham dalam sebulan terakhir, saham BUKA sangat likuid dengan diperdagangkan mencapai Rp 4,1 triliun dengan volume perdagangan 4,6 miliar saham, melewati PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) Rp 4 triliun dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 3,6 triliun.
[CNBC]
KOMENTAR