Gurusaham.com – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali bergerak positif setelah terkoreksi dari level tertingginya pada pekan lalu. Kenaikan harga ditopang oleh perbaikan permintaan jelang perayaan sejumlah hari besar seperti Ramadan.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Selasa (23/3/2021), harga CPO untuk kontrak Juni 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 4.011 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 3.843 ringgit per ton. Level harga ini merupakan kenaikan yang tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan Mei 2021 terpantau naik 99 poin ke 3.988 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 4.147 ringgit per ton.
Reli harga CPO pada awal pekan ini terjadi setelah sempat anjlok sebesar nyaris 10 persen pada minggu lalu seiring dengan kekhawatiran investor terhadap kenaikan produksi.
Harga komoditas yang digunakan untuk beragam produk dari minyak goreng hingga deterjen ini sempat mencapai titik tertingginya dalam 13 tahun pada pekan lalu.
Salah satu katalis positif yang mendukung rebound harga minyak kelapa sawit adalah kenaikan ekspor yang terjadi jelang perayaan Ramadan serta festival musim semi di India atau Holi.
Data dari Intertek Testing Services menyebutkan, total ekspor CPO Malaysia dalam rentang 1–20 Maret 2021 adalah sebesar 734.463 ton, atau naik 5,17 persen secara month-to-month. Kenaikan pembelian utamanya dilakukan oleh India dan negara-negara di kawasan Eropa.
Direktur Broker Pelindung Bestari di Selangor, Paramalingam Supramaniam mengatakan, setelah terjadinya aksi jual pada minggu lalu, tingkat permintaan CPO terpantau masih cukup baik pada level harga yang lebih rendah.
Ia melanjutkan, harga komoditas substitusi CPO seperti biji kedelai dan produk turunannya, minyak biji kedelai, tengah berada di level yang rendah untuk sesaat.
“Dilihat dari seluruh sektor terkait, fase koreksi yang signifikan sudah dilewati,” jelasnya dikutip dari Bloomberg pada Selasa (23/3/2021).
Supramaniam melanjutkan, ekspor minyak kelapa sawit kemungkinan dapat naik hingga 10 persen pada akhir Maret mendatang. Hal ini akan membuat persediaan CPO berada di kisaran 1,35 juta hingga 1,36 juta ton yang dinilai masih cukup ketat.
“Harga CPO akan tetap defensif dan masih berpotensi menguji level tertingginya dalam dua hingga tiga pekan ke depan,” lanjutnya.
Sementara itu, Sudhakar Desai, President of the Indian Vegoil Producers Association memperkirakan impor CPO yang dilakukan India kemungkinan akan naik 12 persen pada musim 2020/2021. Jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan impor pada tahun lalu yang terhambat akibat pandemi virus corona.
Desai memaparkan, para pembeli CPO, termasuk pelaku pasar institusional, telah menunda pembelian CPO akibat tingginya harga. Hal ini berimbas pada kenaikan konsumsi dari persediaan minyak kelapa sawit domestik.
“Persediaan CPO pada sejumlah pelabuhan saat ini sudah menipis dan pengisian kembali stok CPO hanya tinggal masalah waktu,” jelasnya dalam seminar UOB Kay Hian.
Ia melanjutkan, saat ini CPO tengah diperdagangkan pada level harga tertingginya untuk tahun ini pada kisaran 3.600 hingga 4.000 ringgit per ton. Pergerakan harga ini kemungkinan akan terjadi dalam rentang April hingga Juni 2021.
Harga CPO diprediksi akan mulai terkoreksi pada periode Juli – September 2021 pada kisaran 3.400 hingga 3.700 ringgit per ton. Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan produksi dan penurunan permintaan.
“Harga minyak kelapa sawit kemungkinan akan terkoreksi lebih lanjut ke level 3.200 hingga 3.500 ringgit per ton pada Oktober hingga Desember 2021,” kata Desai.
KOMENTAR