Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan 5 Maret 2021 harga saham Tesla anjlok hampir 4% dan untuk pertama kalinya sejak 4 Desember 2020 berakhir di bawah level US$ 600, setelah sempat menyentuh rekor tertingginya di level US$ 883 pada 26 Januari 2021 lalu.
Pada perdagangan Jumat pagi 5 Maret lalu, Saham Tesla terpantau merosot 8%, kemudian pada perdagangan Jumat malam, harga sahamnya berangsur pulih, namun harga sahamnya masih terkoreksi lebih dari 15% dari nilainya tahun ini.
Lantas apa saja faktor yang membebani perusahaan milik orang terkaya di dunia Elon Musk ini? Berikut analisisnya seperti dilansir CNBC International, Sabtu (6/3/2021).
Komentar The Fed
Pada hari Kamis lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pembukaan kembali perekonomian setelah satu tahun pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemic Covid-19, membuat inflasi naik untuk sementara.
Ia juga menekankan The Fed akan bersabar untuk merubah kebijakannya meski inflasi naik.Pelaku pasar menjadi khawatir suku bunga akan naik, dan the fed tidak akan mengambil tindakan kebijakan yang agresif atau bahkan dapat mengontrolnya, alhasil obligasi melonjak.
Hal ini menyebabkan koreksi yang lebih meluas pada saham-saham teknologi, yang dinilai berdasarkan asumsi pertumbuhan arus kas masa depan yang tinggi. Ketika inflasi naik, nilai arus kas masa depan itu menurun. Indeks Nasdaq pun turun sekitar 8% dari rekor tertinggi yang dicapai tiga minggu lalu.
Persaingan Ketat
Beberapa pendukung Tesla terbesar dan paling vokal telah menguangkan sebagian dari saham mereka, dan mulai mengakui gencarnya persaingan kendaraan listrik sebagai tantangan nyata bagi Tesla pada akhirnya.
Misalnya, Ron Baron yang menjual 1,7 juta saham Tesla dan berinvestasi di dua saingan potensial terbesar Tesla yaitu Cruise yang dimiliki GM dan Rivian yang didukung Amazon, sementara itu, ia berharap saham Tesla akan naik pada akhirnya menjadi $ 2.000.
Dilansir dari CNBC, Mantan anggota dewan Tesla Steve Westly mengatakan meskipun Tesla tetap optimis "Tesla tidak akan menjadi raja di bidang listrik selamanya." Dia menambahkan, "Mereka bersaing dengan semua sektor. Mereka harus melipatgandakan usaha untuk bersaing. "
Memang, pembuat mobil termasuk Ford dan Volkswagen telah melihat kesuksesan awal dengan penjualan kendaraan listrik mereka termasuk Mach E dan ID.3 dibandingkan model Tesla di AS dan Eropa.
Sementara itu, EV yang akan datang, termasuk Ford F-150 versi listrik, Lucid Air, SUV dan truk listrik Rivian, dan lainnya membangkitkan kegembiraan. Baru kemarin, Porsche memamerkan versi produksi Taycan Cross Turismo, dan mengatakan akan memulai penjualannya di AS musim panas ini. Ini adalah mobil EV seharga $ 90.000, lebih terjangkau dan praktis dari EV performa Porsche yaitu Taycan.
Kurang Suku Cadang
Kekurangan semikonduktor telah menyebabkan sebagian besar pembuat mobil menutup sementara beberapa jalur di pabrik mereka, dan Tesla tidak terkecuali.
Dalam cuitannya pada 25 Februari lalu, CEO Tesla Elon Musk mengakui pabrik perusahaan Fremont, California, ditutup sementara karena "kekurangan suku cadang". Dia mengatakan pabrik tersebut ditutup hanya selama dua hari, namun Elon Musk tidak menjelaskan apakah penutupan sebagian pada beberapa jalur di pabrik akan berlanjut.
Tesla sebelumnya telah memperingatkan, dalam panggilan dan pengarsipan pendapatan Q4 2020, bahwa kekurangan chip dapat menghambat tujuan produksi kendaraan mereka pada paruh pertama 2021.
CFO Zachary Kirkhorn mengatakan melalui telepon dengan investor, bahwa untuk kuartal pertama 2021: ″ Produksi [Model] S dan X akan rendah karena transisi ke produk yang baru direkayasa ulang. Selain itu, kami bekerja sangat keras untuk mengatasi kekurangan semikonduktor global serta kapasitas port yang mungkin berdampak sementara. "
Jika Tesla tidak memproduksi kendaraan dalam jumlah besar, karena kekurangan suku cadang atau keterlambatan pengiriman suku cadang dari luar negeri ke pabrik AS, perusahaan tidak akan menghasilkan kredit regulasi sebanyak yang diinginkannya. Tesla menjual kredit lingkungan ini kepada pembuat mobil lain, yang secara historis telah mencapai profitabilitas.
Biaya yang Mahal
Pada Desember 2020 lalu, CEO Tesla Elon Musk menulis email kepada semua karyawan Tesla: "Investor memberi kita banyak kredit untuk profitabilitas masa depan, tetapi jika pada titik tertentu, mereka menyimpulkan itu tidak akan terjadi, saham kami akan segera hancur seperti kue souffle di bawah palu godam! "
Tetapi pada saat yang sama, Tesla melakukan ekspansi yang akan menelan biaya mahal. Pembuat EV sedang membangun pabrik di Austin, Texas, di Brandenburg, Jerman dan ekspansi di China.
Selain itu/ Elon Musk juga berambisi agar Tesla bisa menambang litiumnya sendiri di dalam negeri, serta meningkatkan produksi sel baterai Tesla sendiri di Fremont.
Selain upaya ini, Tesla tengah menghadapi biaya penarikan kembali yang mahal. penarikan sukarela yang paling signifikan berada di China dan di AS, Tesla menarik kembali kendaraan Model S dan X yang mengalami kegagalan tampilan layar sentuh.
KOMENTAR