Gurusaham.com - Rencana BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) untuk mengurangi investasi di pasar modal, termasuk saham dan reksa dana, menjadi sentimen negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak Selasa kemarin dan berlanjut di Rabu ini (30/3/2021).
Data BEI mencatat, IHSG di sesi I ambruk nyaris 2% atau tepatna 1,78% di level 5.963 dengan catatan jual bersih asing Rp 386 miliar.
Menurut data yang diterima CNBC Indonesia, hingga akhir Februari 2021, total dana kelolaan BP Jamsostek mencapai Rp 489,89 triliun.
Adapun porsi investasi BP Jamsostek saat ini di saham sebesar 14%, berada di bawah porsi obligasi yang sebesar 65%. Sementara, di posisi ketiga ada di deposito sekitar 12%.
Lantas, apa saja saham-saham yang dikoleksi oleh BP Jamsostek?
Berdasarkan laporan keuangan BP Jamsostek terakhir pada 2019, porsi saham sebesar 17,21% dengan realisasi imbal hasil sebesar Rp 5,01 triliun.
Angka ini di bawah imbal hasil dari surat utang yang sebesar Rp 20,07 triliun.
Adapun total return atau imbal hasil investasi BP Jamsotek dari semua portofolio perusahaan sebesar Rp 29,15 triliun.
Berikut ini daftar 10 besar saham-saham yang dimiliki BP Jamsostek per akhir 2019, terdiri dari saham-saham pihak berelasi (BUMN) dan pihak ketiga (saham emiten swasta non BUMN). Adapun yang diambil masing-masing hanya lima.
1. Aneka Tambang (ANTM): 150.060.080 unit
2. Perusahaan Gas Negara (PGAS): 86.938.700 unit
3. Telkom Indonesia (TLKM): 46.918.900unit
4. Bank Rakyat Indonesia (BBRI): 46.687.400 unit
5. Krakatau Steel (KRAS): 46.533.511 unit
1. Kalbe Farma (KLBF): 60.068.800 unit
2. PP London Sumatera Indonesia (LSIP): 34.276.500 unit
3. Astra International (ASII): 26.308.800 unit
4. Salim Ivomas Pratama (SIMP): 25.174.900 unit
5. Vale Indonesia (INCO): 23.782.700 unit
Sebelumnya, BP Jamsostek berencana untuk mengurangi investasi di saham dan reksa dana, lantaran kedua jenis investasi ini menjadi penyebab dana program Jaminan Hari Tua (JHT) yang terus mengalami defisit.
Langkah ini dilakukan dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) JHT tersebut.
Menurut Direktur Utama BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo,porsi dana investasi JHT di saham dan reksadana mencapai 23,9%, sehingga saat terjadi kontraksi di pasar saham maka berimbas ke keuangan BPJS.
"Dari dana JHT yang kita miliki ada 23% dana kita kelola di instrumen saham dan reksadana. Ini sebabkan salah satunya dana JHT rasio tidak 100%, karena ada pergerakan harga di market sejak 2017," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (30/3/2021).
Menurutnya, sejak Desember 2017, Rasio Kecukupan Dana (RKD) program JHT terus mengalami penurunan. Ini disebabkan Indeks Harga Saham Gabungan yang juga menurun.
Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek di hadapan para anggota Komisi IX DPR RI. Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksa dana semakin kecil.
Kedua, melakukan koordinasi intensif terutama dengan emiten yang memiliki kontribusi unrealized loss dalam portofolio saham untuk mengetahui strategi emiten.
Ketiga, menerapkan metode hasil pengembangan yang memperhatikan kesehatan keuangan dengan tetap memastikan hasil pengembangan di atas suku bunga yang jamin Undang-Undang.
KOMENTAR