Waspada Bank Kakap RI! Ada 'Kuda Hitam' Baru dari Singapura

SHARE:

Jakarta, CNBC Indonesia - Pencapaian Bank Jago bisa dibilang paling mencuri perhatian kalangan pelaku pasar dan bankir Tanah Air. Tahun 2019, bank kecil yang modal intinya cuma di bawah Rp 1 triliun saat itu memang belum diperhitungkan kala masih bernama PT Bank Artos Indonesia Tbk dengan kode saham ARTO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Titik balik terjadi di pengujung tahun 2019 saat 51% saham ARTO diakuisisi oleh PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology (WTT).

MEI adalah kendaraan bisnis milik bankir senior Jerry Ng, sementara WTT dikendalikan pebisnis Patrick Sugito Walujo, menantu dari salah satu taipan di Indonesia, TP Rachmat.

Setelah akuisisi itu, makin ramai saja tren bank digital seiring dengan besarnya potensi pasar yang digarap.

Sebetulnya Bank Jago yang tetap memakai kode saham ARTO ini bukanlah pionir, melainkan Jenius milik PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang mulai melayani nasabah pada 2016. Jenius digagas BTPN saat bank tersebut masih dipimpin oleh bankir Jerry Ng.

Setelah Jenius, kemudian berkembanglah Digibank (Bank DBS Indonesia) dan Tyme Digital (Bank Commonwealth) pada 2017 meskipun secara keseluruhan Bank Jago bisa dikatakan yang paling fenomenal bagi pelaku pasar, termasuk investor pasar saham lantaran harga sahamnya terus meroket.

Data BEI mencatat saham ARTO melesat 280% dalam 6 bulan terakhir dan sempat menyentuh level tertinggi year to date yakni Rp 11.375/saham.

Besarnya potensi fintech dan bank digital inilah membuat investor lain pun kepincut.

Salah satunya yang terbaru adalah Sea Limited (Sea Group), perusahaan induk e-commerce Shopee, yang sahamnya tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE).

Sea Ltd resmi mencaplok PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau dikenal dengan Bank BKE dan mengubahnya menjadi bank digital pada 10 Februari 2021.

Sea Group makin gencar setelah pada awal Desember 2020, grup bisnis yang berbasis di Singapura ini baru saja mendapatkan lisensi perbankan digital secara penuh oleh otoritas moneter Singapura, bersama dengan konsorsium Grab-Singtel.

Sebagai informasi, Sea yang dimaksud ini adalah Sea Ltd yang tercatat di bursa Wall Street, NYSE, dengan kode saham SE.

Penegasan ini mengingat ada dua Sea lainnya di global.

Pertama, SEA Group yang merupakan pabrikan motor karavan yang berkantor pusat di Italia, yang berbasis di Trivolzio, Lombardy.

Kedua, SEA Holdings Limited, juga dikenal sebagai SEA Group yang merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong. Bisnis intinya di bidang investasi dan pengembangan properti, hotel, dengan bisnis yang beragam di Hong Kong, Inggris, Australia, dan negara lain.

Langkah Cepat

Berdasarkan situs resminya, Sea Ltd punya tiga bisnis utama. Pertama, Garena yang menjadi bisnis terdepan pertama perusahaan ini. Garena didirikan pada 2009, menjadi pengembang dan penerbit game online terkemuka dengan jejak global di lebih dari 130 pasar.

Garena adalah pengembang dan penerbit game online Singapura yang mendistribusikan game di Garena + di berbagai negara di Asia Tenggara dan Timur, termasuk game multiplayer online battle arena (MOBA) League of Legends dan Heroes of Newerth, game sepak bola online FIFA Online 3, dan game MOBA seluler Arena of Valor dan game balap seluler Speed Drifters.

Pada 2017, Garena Free Fire dirilis, yang memiliki lebih dari 80 juta pengguna aktif harian secara global pada Mei 2020.

Tahun 2019, Garena mengumumkan rencana pengaturan kembali struktur perusahaan di bawah konglomerasi Sea dan menjadi anak usahanya.

Kedua, bisnis Shopee, platform e-commerce terkemuka di Asia Tenggara dan Taiwan, yang diluncurkan pada 2015. Berkembang pula Shopee Food hingga ke Indonesia.

Ketiga, SeaMoney, penyedia pembayaran digital dan layanan keuangan di Asia Tenggara.

"Misi SeaMoney adalah meningkatkan kehidupan individu dan bisnis di wilayah kami dengan layanan keuangan melalui teknologi," tulis manajemen Sea, dalam situs resminya.

Pendiri Sea adalah Forrest Li yang juga anggota dewan direksi Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura. Dia menjabat sebagai direktur non-eksekutif independen di Shangri-La Asia Limited, grup perhotelan global terkemuka yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong.

Selain Singapura, Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memang disebutkan oleh sejumlah media global, menjadi pasar 'panas' bagi bisnis fintech dan perbankan digital.

Itulah sebabnya Sea mulai memperlebar cakupan bisnisnya tak hanya e-commerce dan bank digital di Singapura, tapi juga di Indonesia.

Setelah dicaplok Sea, Bank BKE resmi mengganti nama menjadi Bank Seabank Indonesia (SeaBank) sesuai dengan Keputusan No. AHU-0002728.Ah.01.02 Tahun 2021 yang diterbitkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia per 15 Januari 2021 tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT Bank Seabank Indonesia.

Menurut situsnya, Bank BKE didirikan pada 1992. Kini sebesar 95,92% sahamnya dipegang SeaGroup lewat PT Danadipa Artha Indonesia dan PT Koin Investama Nusantara 4,08%.

Sebelumnya saham BKE dipegang Reliance Sekuritas, Dana Pensiun Jasa Raharja, Dana Pensiun Asuransi Jasa Indonesia, dan Koperasi Pegawai BKE.

NEXT: Sinyal Pertarungan Shopee Food vs Gojek-Grab

Di Singapura, kisah mengenai akselerasi bisnis Sea Group juga menjadi perhatian media internasional.

Salah satu artikel di Reuters yang juga dikutip The Straits Times berjudul "FOCUS-In Southeast Asian internet battle, Sea's rise sends rivals scrambling," yang ditulis pada 24 Maret 2021 oleh Fanny Potkin dan Anshuman Daga, dan Aradhana Aravindan mengulas persaingan ini.

Artikel tersebut menceritakan betapa cepat pergerakan bisnis Shopee Food milik Sea, bersaing dengan pemimpin pasar Gojek dan Grab di Ibu Kota Jakarta.

"Sepanjang jalan kota Jakarta, dari pusat kota hingga masuk ke gang-gang sempit sekalipun, dari restoran kelas atas hingga warung kecil milik keluarga, pengemudi kendaraan dengan jaket hijau terlihat sabar mengantre. Di antara mereka terselip beberapa pengemudi jaket berwarna oranye milik Sea, mereka menunggu pesanan di samping pengendara berjaket hijau dari Gojek dan Grab," tulis Reuters.

"[Sektor ini] menjadi medan pertempuran baru untuk supremasi [bisnis] teknologi di Asia Tenggara."

Sea memang lagi di atas angin.

Setelah sukses di bisnis game lewat Garena yang berhasil cuan, grup bisnis ini berinvestasi besar-besaran pada merek e-commerce Shopee, yang berhasil mengalahkan Lazada milik Alibaba dan saingan lainnya dalam beberapa tahun terakhir.

Harga saham mereka pun naik 5 kali lipat dalam setahun terakhir di Wall Street (NYSE), menjadikan Sea punya nilai pasar US$ 111 miliar atau setara dengan Rp 1.554 triliun (kurs 14.000/US$).

Kapitalisasi pasarnya melebihi bank dengan market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 791 triliun per Jumat (26/3/2021) atau PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp 582 triliun atau bahkan Bank Jago Rp 137 triliun.

Kehadiran Shopee Food kini menjadi ancaman baru bagi rival regional termasuk penyedia layanan antar-jemput dan pengiriman raksasa Grab dan GoJek.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Google, Tamasek dan Bain & Company, ada 400 juta pengguna internet dalam ekonomi digital Asia Tenggara menjadi rebutan, ekonomi yang diperkirakan membesar tiga kali lipat menjadi US$ 309 miliar atau setara Rp 4.326 triliun di tahun 2025.

Raksasa teknologi, termasuk Tencent asal China (investor utama di Sea), lalu Alibaba, Google, dan Softbank Group Corp, adalah pendukung besar di balik Gojek dan Grab.

Bahkan sumber Reuters membisikkan, salah satu alasan ekspansi agresif Sea inilah yang memicu terjadinya diskusi merger antara Gojek dan platform e-commerce Tokopedia.

Perusahaan Indonesia tersebut ingin menciptakan raksasa baru senilai US$ 18 miliar atau Rp 252 triliun untuk melawan Sea dan raksasa regional Grab.

Sementara itu, Grab dan lainnya, termasuk aplikasi perjalanan Traveloka dan e-commerce unicorn Indonesia Bukalapak, bergegas menggelar penawaran umum saham perdana ke publik alias initial public offering (IPO), berharap dapat memanfaatkan coattails effect (efek ekor jas, efek karena kepopuleran sesuatu) dari reli saham Sea sambil mempertahankan bisnis utama mereka, sebagaimana disebutkan beberapa narasumber Reuters.

Willson Cuaca, salah satu pendiri East Ventures dan pendukung awal pendanaan Tokopedia, sempat bercanda saat membandingkan Sea dengan Thanos, tokoh penjahat terkuat dalam serial film Marvel, Avengers.

"Sea seperti Thanos, sangat besar dan kuat, dan mampu mengalahkan separuh dunia, atau dalam hal ini separuh dari startup," kata Wilson, dikutip Reuters.

"Seperti Avengers, perusahaan perlu bersatu jika mereka ingin memastikan kelangsungan hidup mereka dan memenangkan perang."

NEXT: Pertarungan di Bank Digital

Data CNBC mencatat, harga saham Sea di NYSE pada Jumat pekan lalu (26/3) ditutup melesat 3,27% di level US$ 209,24/saham atau Rp 2,9/saham. Sahamnya sempat meroket menjadi US$ 285/saham dan year to date naik 5.12%.

Reli harga saham Sea mencerminkan langkanya pilihan bagi investor yang mencari eksposur di sektor internet Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat.

Sea melantai di bursa NYSE pada 2017 dan telah mengumpulkan sekitar US$ 7 miliar atau Rp 98 triliun dalam penjualan saham perdana (IPO) dan dari utang, dengan investor awal Tencent dan sekarang memegang sekitar 20% saham.

Sejumlah bankir dan eksekutif yang mengetahui kabar ini menilai, nafsu sejumlah investor pesaing Sea untuk mempercepat IPO dan mencari dana segar dipicu cepatnya akselerasi Sea, baik di pasar keuangan dengan mengakuisisi bank kecil maupun di bisnis konsumer dan logistik serta e-commerce yang digeluti Gojek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan kawan-kawan.

Sumber Reuters mengatakan merger Gojek-Tokopedia, yang kemungkinan akan selesai dalam beberapa pekan, akan diikuti oleh penawaran saham di BEI pada paruh kedua tahun 2021, kemudian mega IPO di Amerika Serikat yang ditargetkan berlangsung pada 2022.

Grab dan Traveloka, juga ikut berbenah, mereka sedang berusaha mempercepat proses dengan bergabung dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (special purpose acquisition company/SPAC) alias perusahaan cek kosong, kata sumber tersebut. Bukalapak juga merencanakan hal yang sama, setelah IPO Jakarta 2021.

"Pasar cukup menyambut baik saham teknologi. Ini adalah peluang bagi Grab jika mereka siap," ungkap Jixun Foo, Managing Partner di GGV Capital, perusahaan yang telah berinvestasi di Grab.

Sebetulnya, jika melihat laju bisnis Sea yang agresif ke konsumer dan perbankan, kesuksesan tersebut tak bisa dilepaskan dari bisnis game online mereka, Garena. Game yang mereka rilis tahun 2017, Free Fire, menjadi game yang paling banyak diunduh secara global selama 2 tahun terakhir.

Mereka menggunakan uang tunai dari Garena untuk mengulangi kesuksesannya di bisnis e-commerce, pengiriman makanan, dan layanan keuangan. Tentu saja yang dimaksud ialah lewat Shopee, Shopee Food, dan SeaMoney yang di Jakarta sudah ada SeaBank Indonesia.

Divisi e-commerce Sea, Shopee, dimulai pada 2015 sebagai platform bagi pedagang lokal dan langsung dilirik oleh pedagang regional. Saat ini, Shopee telah melampaui Lazada sebagai pemain e-commerce top regional dan Tokopedia sebagai pemimpin lokal di Indonesia, salah satunya berkat inovasi seperti penambahan fitur sosial ke dalam layanannya.

Baik Gojek maupun Grab, yang telah terus menerus melakukan pembicaraan merger satu sama lain selama bertahun-tahun, percaya bahwa mereka dapat menangkal ekspansi Sea ke bisnis pengiriman makanan berkat jaringan logistik yang ampuh dan memiliki keuntungan sebagai pemain awal.

Tapi perusahaan tersebut menghadapi kesulitan dalam menyamai diskon yang ditawarkan Sea di Indonesia.

Di Vietnam, menurut laporan bulan Januari oleh Momentum Works, layanan pesan-antar makanan milik Sea yang bernama Now, merupakan pemimpin pasar, sementara Grab berada di peringkat kedua.

Chief Operating Officer (COO) Momentum Works Yorlin Ng, mengatakan sektor pengiriman makanan Asia Tenggara tumbuh 183% pada tahun 2020.

"Now memiliki keuntungan menjadi pemain lokal dan lebih awal," kata Ng.

"Dukungan Sea tentu saja membantu," katanya.

Di Indonesia, Shopee Food merayu para vendor dengan menggembar-gemborkan basis pengguna raksasa mereka, 80 juta pengguna, dan berjanji untuk melakukan subsidi dengan diskon besar-besaran.

NEXT: Bank Kakap Mulai Was-was?

Pelaku pasar kini menyadari, pertarungan berikutnya akan terjadi di layanan keuangan.

Sea telah membeli Bank BKE dan telah mempekerjakan para veteran pada platform peer-to-peer asal China untuk memimpin SeaMoney, 'senjata' bisnis perbankan mereka.

"SeaMoney dapat menjadi Ant Financial di Asia Tenggara," kata Daniel Jacobs, Managing Partner pada hedge fund pasar berkembang di Kora, pemegang saham Sea. Ant Financial menguasai platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay.

"Setelah [di bisnis] pembayaran, mereka memiliki visi dan keinginan untuk tumbuh di bisnis lain yang masih terikat, dari 'beli sekarang, bayar nanti' [Shopee Pay Later] untuk pelanggan hingga kredit bagi pedagang dan semua jenis layanan keuangan."

Namun Tokopedia dan Grab, yang keduanya memiliki bagian pada aplikasi pembayaran Indonesia OVO, mempunyai ambisi yang serupa.

Selanjutnya Sea dan Grab siap mengambil ancang-ancang di Singapura, di mana keduanya telah mendapatkan lisensi bank digital pada Desember tahun lalu.

Grab didukung oleh investor-investor besar termasuk SoftBank Group dan Mitsubishi UFJ Financial Group.

"Ini akan menjadi pertarungan para raksasa," kata Patrick Walujo, pendiri Northstar Group dan investor Gojek, dan pemilik Bank Jago lewat Wealth Track Technology, dilansir Reuters.

Publik pun tahu, tak hanya Sea yang cepat bergerak. Pada Maret 2019 startup pinjaman online (fintech) Akulaku melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia sudah mengambilalih 5,2% kepemilikan saham PT Gozco Capital di PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dan mengubahnya menjadi PT Bank Neo Commerce Tbk.

Bank-bank kakap juga sudah ancang-ancang karena diam tak bergerak berarti mati. Saat ini ada beberapa bank kakap alias bank BUKU IV (modal inti di atas Rp 30 triliun) yang akan fokus disiapkan menjadi bank digital seperti Bank Digital BCA yang sebelumnya bernama Bank Royal yang diakuisisi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Lainnya, anak usaha BRI, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) yang sedang dalam proses pendaftaran ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi bank digital.

Sea pun kabarnya tengah dalam proses mendekati bank-bank mini alias bank BUKU II (modal inti Rp 1-5 triliun) yang gencar diberitakan ialah PT Bank Capital Tbk (BACA) dan Bank Bumi Artha Tbk (BNBA).

Belum jelas apakah deal akan terjadi, tapi perlahan saham-saham bank mini mulai kehilangan momentum, entah apa yang akan dimanfaatkan oleh pelaku pasar ke depan.

Hal yang perlu diketahui, dan pasti ialah bank-bank ini wajib menambah modal inti sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 yang menyebutkan, bank harus memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.

Jadi sangat terbuka peluang merger dan akuisisi di bank-bank mini, entah dari Sea atau investor lainnya. Mari kita tunggu saja...

TIM RISET CNBC INDONESIA

[CNBC]

KOMENTAR

Nama

bisnis,5,ekonomi,1,emiten,5,idx,1,infrastruktur,1,
ltr
item
Berita Finansial - Gurusaham: Waspada Bank Kakap RI! Ada 'Kuda Hitam' Baru dari Singapura
Waspada Bank Kakap RI! Ada 'Kuda Hitam' Baru dari Singapura
https://awsimages.detik.net.id/visual/2021/03/28/shopeedok-sea-ltd_169.png?w=715&q=90
Berita Finansial - Gurusaham
http://berita.gurusaham.com/2021/03/waspada-bank-kakap-ri-ada-kuda-hitam.html
http://berita.gurusaham.com/
http://berita.gurusaham.com/
http://berita.gurusaham.com/2021/03/waspada-bank-kakap-ri-ada-kuda-hitam.html
true
7648387769526154670
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Baca selengkapnya Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS Lihat semua BERITA LAINNYA TAG ARCHIVE PENCARIAN ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content