Gurusaham.com - Jagat pasar modal dalam negeri kembali dibuat heboh. Pasalnya seorang pria berinisial A (27) tewas setelah loncat dari salah satu apartemen di Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (22/3/2021) siang. Polisi masih menyebut korban punya masalah ekonomi karena diduga merugi investasi saham.
Kapolsek Setiabudi AKBP Yogen Heroes Baruno mengatakan Polsek Setiabudi mengetahui hal itu dari keluarga korban. Menurut keluarga, korban sering terdiam beberapa hari terakhir ini.
"Nggak ada (interaksi terakhir). Kalau dari pihak keluarganya menyatakan akhir-akhir ini sering diam, kemungkinan ada masalah keuangan karena korban main saham kayaknya. Cuman masih kita dalami motif bunuh dirinya. Tapi kemungkinan masalah keuangan," jelas Yogen di lokasi, Senin (22/3/2021), dikutip Detik.com.
Tentunya hal ini kembali mencoreng 'nama baik' yang sedari dulu terkenal buruk seputar image 'main saham'.
Orang awam berpikir bahwa trading atau investasi saham bak berjudi di mana apabila sang 'penjudi' kalah maka uangnya akan habis ditelan oleh bandar dan apabila menang maka uangnya akan bertambah berlipat ganda.
Persepsi inilah yang menyebabkan banyak orang awam ogah mengenal atau menyentuh dunia persahaman, banyak anak muda yang ingin mengenal dunia saham bahkan dilarang oleh orang tuanya karena adanya persepsi ini.
Padahal kenyataan di dunia saham, jauh berbeda dibanding persepsi orang awam.
Well, memang ada segelintir oknum yang doyan menjadikan pasar modal sebagai arena judi yang segera akan kita bahas.
Akan tetapi apabila investasi di pasar modal dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan uang yang baik, maka bisa dikatakan investasi ini tergolong aman.
Perlu diingat juga, hal yang disebut judi adalah spekulasi dan kerugian 100% di meja judi. Duit ludes seusai dengan taruhannya. Sementara itu saham adalah investasi, perdagangannya dijaga oleh otoritas bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan otoritas pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Aturan juga ketat, laporan keuangan diaudit, manajemen risiko juga diterapkan, semua hal yang berbasis GCG (tata kelola yang baik) juga berlaku.
Dari sisi perdagangan ada mekanisme suspensi saham, auto reject atas dan bawah yang membatasi kenaikan penurunan dalam sehari. Jadi semua hal ini mempertegas perbedaan dengan judi yang dimaksud kendati tingkat spekulasi juga ada.
Dalam hal kinerja, tengok saja indeks-indeks unggulan di pasar modal baik indeks IHSG, LQ45, atau IDX30 yang terus menerus naik dalam kurun waktu 5 bahkan hingga 10 tahun terakhir meskipun diserang pandemi.
Dengan demikian, apabila muncul kasus seperti ini di pasar modal sejatinya hal ini terjadi bukan karena pasar modalnya akan tetapi lebih ke sang investor, seberapa besar dana, dan penempatan saham.
Pertama tentu saja masalah akan muncul apabila sang investor tidak mengetahui pengetahuan finansial seputar pasar modal. Hal ini banyak terjadi di antara kaum-kaum millenials yang baru terjun ke saham pada masa pandemi corona.
Kaum investor ritel millenials ini cenderung ikut-ikutan melakukan pembelian atau penjualan di saham yang sedang hype tanpa memperhatikan analisis-analisis pasar modal lain.
Apabila temanya membeli, atau saham tersebut sedang ngetren di forum dan grup-grup saham maka biasanya investor angkatan corona ini akan ikut membeli.
Hal ini menyebabkan sang investor pemula mudah dibodohi oleh influencer-influencer saham untuk dijebak dan diajak untuk membeli saham yang akan dijual sang influencer sehingga hasilnya para investor pemula ini akan nyangkut beramai-ramai.
Selain itu ada pula kesalahan mental para investor pemula yang menganggap saham adalah cara cepat dan mudah untuk cepat kaya sehingga gaya investasi sang investor cenderung serampangan dan beresiko tinggi sehingga cenderung menjadikan pasar modal sebagai ajang taruhan.
Hal ini juga tentu saja menunjukkan pengetahuan finansial masyarakat Indonesia terutama investor pemula masih tergolong rendah sehingga meningkatnya jumlah investor ritel di Indonesia 2020 bak dua sisi mata uang dimana ada hal positif dan hal negatif yang terjadi akibat kenaikan jumlah investor tersebut.
Selanjutnya penempatan saham juga dipertanyakan, biasanya investor yang sampai nekat bunuh diri akibat 'main saham' terjadi karena sang investor membeli saham gorengan.
Saham gorengan adalah sebutan bagi saham yang di dalamnya ada market maker dominan yang berkuasa untuk menggerakkan harga saham naik ataupun turun. Biasanya saham gorengan memiliki fundamental perusahaan yang dipertanyakan akan tetapi harga sahamnya bisa terbang 100% dalam waktu singkat.
Hal ini tentu saja membuat para investor pemula lebih tertarik untuk memborong saham gorengan tersebut mengingat saham-saham bluechip atau saham perusahaan berfundamental baik, biasanya cenderung lambat pergerakan harga sahamnya.
Akan tetapi perlu diingat, ketika sang bandar merasa sudah puas dengan keuntunganya dan membanting harga sahamnya sehingga anjlok parah, maka akan tersisa banyak investor nyangkut yang merugi parah di saham-saham gorengan tersebut.
Terakhir, jumlah dana yang diinvestasikan juga menjadi banyak permasalahan di kaum investor pemula di mana investor tersebut tidak punya money management yang baik.
Tidak hanya menempatkan seluruh hartanya di saham yang cenderung gorengan dan berharap cepat kaya, banyak pula investor yang kurang puas dengan modal yang dimiliki sehingga meminjam dana segar kepada orang lain baik dari keluarga ataupun pinjaman online berbunga tinggi.
Setelah meminjam kepada sanak saudara serta pinjol tersebut, sang investor kembali menggunakan leverage dari sekuritas dengan fasilitas trading limit ataupun margin sehingga utang yang dipergunakan untuk 'berjudi' saham berlipat-ganda.
Hasilnya apabila sang investor cuan, maka keuntungan akan di pamer di media sosial yang akan menyebabkan semakin banyak investor pemula yang melakukan hal serupa. Akan tetapi apabila sahamnya dibanting oleh sang bandar maka sang investor akan bangkrut secara instan.
Maka dari itu dalam berinvestasi saham, agar hal-hal tidak menyenangkan seperti ini tidak terulang lagi hendaknya para investor terlebih dahulu melakukan analisis terhadap saham yang ingin dibeli, berinvestasi di saham yang tepat, dan menggunakan pengelolaan uang yang baik.
Kalaupun ingin bertransaksi di saham gorengan, hendaknya uang yang digunakan adalah uang dingin dimana sang investor sudah siap apabila ternyata uang tersebut habis dimakan bandar.
Tidak salah memang berspekulasi di saham gorengan, akan tetapi alangkah bijaknya tidak menggunakan seluruh dana anda ketika trading gorengan, apalagi sampai berhutang.
KOMENTAR