Eks Bos Bursa: Pre-Closing Saham Rawan Jadi Mainan 'Bandar'

SHARE:

Gurusaham.com - Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia), Hasan Zein Mahmud mengungkap adanya ketidakadilan dari sistem pre-opening (pra-pembukaan) maupun pre-closing (pra-penutupan) pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal ini, kata Hasan, terlihat dari penutupan perdagangan bursa pada Kamis kemarin (27/5/2021) di mana saham-saham bank BUKU IV, bank umum kelompok usaha dengan modal inti di atas Rp 30 triliun, babak belur di saat pre-closing, padahal sempat hijau.

Data perdagangan menunjukkan, kemarin, saham bank dengan nilai kapitalisasi terbesar di BEI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, anjlok 425 poin atau 1,34% ke level Rp 31.350 per saham dari Rp 32.400 per saham. Nilai transaksi BCA kemarin tembus Rp 3,39 triliun. Saat ini kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp 782 triliu, terbesar di BEI.

"Empat saham bank besar - penggerak IHSG - dibanting habis pada saat pre closing, menggunakan keunggulan mereka. Keunggulan dalam skala memberi peluang mereka menjadikan sistem pre-closing sebagai mainan," ungkap Hasan dalam keterangan kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/5/2021).

Hal serupa terjadi juga pada tiga saham bank pelat merah. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kemarin anjlok 2,71% ke level Rp 3.950 per saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), juga turun 2,54% ke level Rp 5.750 per saham dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), sahamnya turun paling dalam 3,29% ke level Rp 5.150.

"Empat bank berkapitalisasi paling besar di BEI, sebelum demam bank digital jadi pandemi para spekulan saham," kata Hasan menambahkan.

Pada perdagangan Kamis kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan apresiasi 0,45% ke level 5.841,82. Data BEI mencatat, sejatinya IHSG sempat diperdagangkan dengan kenaikan 1% bahkan sempat menyentuh level 5.900, akan tetapi pada sesi pra-penutupan, saham-saham perbankan raksasa jatuh ke zona merah dan menekan IHSG.

Nilai transaksi kemarin tergolong ramai sebesar Rp 22,9 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 290 miliar di pasar reguler. Tercatat 294 saham terapresiasi, 209 terkoreksi, sisanya 138 stagnan.

Lebih lanjut, Hasan mengkritisi sistem pre-opening dan pre-closing yang digunakan BEI.

Dalam sistem itu, 'bandar' yang memiliki uang yang lebih banyak dan memiliki stok saham yang lebih besar dengan leluasa menentukan harga.

"Dalam sistem itu, dari beberapa harga yang matched, diambil harga dengan peredaran paling banyak. Paling Banyak! Saya ulangi kata paling banyak. Jelas mereka yang memiliki stock saham lebih besar dan uang lebih banyak, dengan leluasa menentukan harga melalui sistem itu," ujar mantan Dirut Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) era 2003 ini.

Bukan kali ini Hasan mengkritisi sistem BEI. Belum lama ini, Hasan, bersama para pelaku pasar lainnya, menilai rencana BEI yang akan menghapus kode broker saham dan tipe investor saat perdagangan berlangsung mulai Juli tahun ini tidak pas.

Hasan menilai rencana otoritas bursa itu berpotensi menurunkan kualitas transparansi dan level playing field pelaku pasar.

"Bagi para traders, info para broker adalah relevant and sensitive information," katanya.

Dia menegaskan, alasan BEI menerapkan kebijakan tersebut lantaran adanya herding behaviour alias perilaku menggiring [ikut-ikutan] juga dinilai tidak tepat. Justru herding behaviour justru bisa dikurangi bila para buzzers, para pom-pom, para influencers itu, ditampilkan di depan publik, dibuat aturan tata cara dan kode etik, serta diatur dan diminta register.

"Salah kaprah paling parah di pasar modal Indonesia adalah menyamakan bandar dan market makers," tegasnya.

Berikut ini tulisan lengkap Hasan Zein, Dirut BEI periode 1991-1996:

Saya beberapa kali, di forum ini, mempertanyakan fairness dari sistim pre-opening dan pre-closing yang diaplikasikan BEI. Saya punya pengalaman buruk berkali kali dengan pre opening, ketika order jual saya - yang diinput di sitim broker saat dini, jauh sebelum jam perdagangan dimulai - tidak tertampung dalam transaksi, padahal harga pembukaan yang terjadi lebih tinggi dari order jual saya.

Penjelasan informal pimpinan BEI menyatakan keadaan itu terjadi karena latensi di sistim pialang. Padahal pialang saya adalah salah satu pialang papan atas. Begitu kerdilkah kapasitas sistim suatu broker papan atas?

Sudahlah. Saya terima dan pasrah. Orang akan menertawakan saya bila saya ngotot, saat kepentingan saya terkait di dalamnya.

Tapi peristiwa tutup pasar sore ini, walau tidak berkaitan dengan saham saham dalam portfolio saya, sungguh menggiriskan. Empat saham bank besar - penggerak IHSG - dibanting habis pada saat pre closing, menggunakan keunggulan mereka. Keunggulan dalam skala memberi peluang mereka menjadikan sistim pre-closing sebagai mainan.

Saham BBCA, - saham dengan kapitalisasi paling besar - yang lagi menanjak, diseret turun dari harga sekitar 32.400 sebelum pre closing ke 31.350 menggunakan sistim pre closing. Dari hijau berubah seketika menjadi merah. Hal serupa terjadi juga pada saham BBRI, BMRI, dan BBNI. Empat bank berkapitalisasi paling besar di BEI, sebelum demam bank digital jadi pandemi para spekulan saham.

Saya mengenal serba sedikit cara kerja Dutch Auction yang digunakan BEI pada pre-opening dan pre-closing. Dalam sistim itu, dari beberapa harga yang matched, diambil harga dengan peredaran paling banyak. Paling Banyak!

Saya ulangi kata paling banyak. Jelas mereka yang memiliki stock saham lebih besar dan uang lebih banyak, dengan leluasa menentukan harga melalui sistem itu.

Kesengajaan itu semakin kentara, karena pialang yang melakukan "guyuran" di empat saham itu adalah pialang yang sama.

Selama ini saya berpegang teguh pada keyakinan bahwa well-functioning stock exchange, adalah bursa yang atomic. Ketika tak satu pihak pun yang mampu - secara individual - menentukan harga.

Saya ingat guyon Pak Anwar Nasution [eks Deputi Gubernur BI dan Eks Ketua BPK], puluhan tahun yang lalu. "Capital market is the toy of the riches". Mungkin para investor ritel perlu mengusulkan adanya bursa baru yang bisa beroperasi dan memperlakukan mereka secara lebih adil.

Saya siap turun gunung, menyusun konsep bursa yang lebih adil itu, bila pemerintah dan otoritas membuka pintu

Peristiwa tutup pasar hari ini, Kamis 27 mei 2021 menunjukan bahwa lempar dadu menjajnjikan outcome yang lebih adil.

[CNBC]

KOMENTAR

Nama

bisnis,5,ekonomi,1,emiten,5,idx,1,infrastruktur,1,
ltr
item
Berita Finansial - Gurusaham: Eks Bos Bursa: Pre-Closing Saham Rawan Jadi Mainan 'Bandar'
Eks Bos Bursa: Pre-Closing Saham Rawan Jadi Mainan 'Bandar'
https://awsimages.detik.net.id/visual/2021/02/25/direktur-utama-bursa-efek-jakarta-periode-1991-1996-hasan-zein-mahmud-cnn-indonesiagiras-pasopati_169.jpeg?w=715&q=90
Berita Finansial - Gurusaham
http://berita.gurusaham.com/2021/05/eks-bos-bursa-pre-closing-saham-rawan.html
http://berita.gurusaham.com/
http://berita.gurusaham.com/
http://berita.gurusaham.com/2021/05/eks-bos-bursa-pre-closing-saham-rawan.html
true
7648387769526154670
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Baca selengkapnya Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS Lihat semua BERITA LAINNYA TAG ARCHIVE PENCARIAN ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content