Gurusaham.com -Emiten tambang emas milik Grup Saratoga yang dibangun oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan pengusaha Edwin Soeryadjaya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) masuk ke dalam ekosistem perusahaan superApp Gojek, yang kini merger dengan Tokopedia dengan membentuk holding GoTo Group.
Dalam dokumen paparan publik yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham MDKA yakni Provident Capital, Grup Saratoga, dan Garibaldi 'Boy' Thohir' sang bos dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Nah, Provident inilah yang membuat MDKA masuk ekosistem Gojek lantaran perusahaan milik Winato Kartono itu adalah salah satu investor Gojek.
Provident Capital tercatat memang menjadi pemegang saham perusahaan besutan Nadiem Makarim tersebut. Saat ini nilai valuasi Gojek ditaksir sudah mencapai US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun dengan rerata kurs Rp 14.000 per US$.
Baru-baru ini, Gojek juga mengumumkan merger dengan perusahaan e-commerce Tokopedia dengan entitas baru GoTo. Ekosistem GoTo saat ini mencakup 2% dari total PDB Indonesia.
Merger ini didukung oleh investor besar termasuk Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.
CNBC Indonesia mencatat, masuknya Provident Capital ke Gojek melalui fase pertama putaran pendanaan seri F bersama dengan investor lainnya seperti Google, JD.com, Tencent dan Mitsubishi
Berdasarkan kabar yang berembus di pasar, suntikan modal para investor ini mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.000).
Provident bukan nama baru di industri private equity atau perusahaan investasi. Dari situs resminya, perusahaan ini berbasis di Singapura dengan alamat di 80 Raffless Place #51-02 UOB Plaza 1.
Sebelum masuk Gojek, Provident Capital sudah memiliki beberapa portofolio investasi di Indonesia seperti Tower Bersama Group (TBIG), MDKA, Provident Agro (PALM), JD.ID, dan Provident Biofuels. Tiga perusahaan yang disebut pertama ini adalah emiten di Bursa Efek Indonesia dan masuk grup Saratoga, yang didirikan Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga S. Uno.
Nama di belakang Provident ini ialah Winato Kartono, yang kini menjabat Komisaris Utama Provident Agro sejak tahun 2012. Winato adalah pemegang saham utama PT Provident Capital Indonesia yang sejak awal mula adalah pemilik utama Provident. Winato, pada 2013, juga masuk 50 orang terkaya di Indonesia (urutan 46) versi Forbes dengan kekayaan sekitar US$590 juta.
Winato juga menjabat sebagai komisaris pada anak-anak usaha Provident dam komisaris Tower Bersama Infrastructure. Latar belakang sekitar 8 tahun bergabung dengan Citigroup dengan jabatan terakhir sebagai Head of Investment Banking di Indonesia untuk Citigroup Global Markets (1996-2004), membuat Winato punya jaringan amat luas di dunia investasi dan M&A (merger dan akuisisi).
Banyak klien penting dipegangnya ketika itu di antaranya Telkom, Telekom Malaysia, Kumpulan Guthrie Berhad, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd, L'Oreal, Nestle, dan Heinz. Bersama Saratoga, Winato memegang saham mayoritas di Merdeka Copper.
Masuknya Provident di Gojek melanjutkan minat perusahaan investasi yang dibangun pengusaha Indonesia lainnya. Private equity yang juga masuk di Gojek ialah Northstar Equity Partners yang didirikan oleh Patrick Walujo tahun 2003 bersama Glenn Sugita, bekas vice president PricewaterhouseCoopers Securities Indonesia.
Sebelumnya pada 2017, Nikkei memberitakan bahwa Provident Capital Indonesia juga ikut berpartisipasi dalam investasi pendirian joint venture, JD Thailand, bersama dengan raksasa e-commerce Tiongkok JD.com dan raksasa ritel Thailand Central.
Menurut sumber Nikkei tersebut, dana awal perusahaan ini adalah US$ 500 juta, separuhnya dipenuhi Central, sementara separuh lagi adalah patungan JD.com, JD Finance, dan Provident Capital.
Provident Capital disebutkan memiliki kapitalisasi pasar senilai lebih dari US$ 3 miliar dan berinvestasi di berbagai sektor, termasuk telekomunikasi, kelapa sawit, dan e-commerce.
KOMENTAR