Gurusaham.com - Emiten investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatatkan net asset value (NAV) senilai Rp 46,5 triliun hingga semester I-2021.
Nilai tersebut meningkat dibandingkan NAV pada akhir tahun 2020 yang mencapai Rp 31,7 triliun.
Perseroan juga membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 15,3 triliun, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 2,1 triliun pada semester I-2020.
Laporan keuangan per Juni juga menunjukkan, SRTG mencatatkan keuntungan dari investasi pada saham dan efek ekuitas mencapai Rp 14,49 triliun dari periode yang sama 2020 sebesar rugi investasi Rp 2,81 triliun.
Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya mengatakan, kinerja positif perusahaan-perusahaan portofolio investasi telah mendorong pertumbuhan nilai portofolio Saratoga.
Kinerja perusahaan portofolio investasi tersebut juga diikuti dengan pembayaran dividen yang konsisten sehingga turut memperkuat fundamental Saratoga.
"Nilai saham yang meningkat dari perusahaan portofolio investasi telah menjadikan NAV Saratoga tumbuh positif di semester I-2021. Kami bersyukur bahwa perusahaan portofolio investasi Saratoga mampu menjaga pertumbuhan bisnisnya," kata Michael dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (29/7).
Dia mengatakan, pencapaian NAV Saratoga di semester I-2021 berasal dari kinerja saham sejumlah perusahaan portofolio investasi yang meningkat, terutama dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), dan PT Provident Agro Tbk. (PALM).
Saratoga juga membukukan pendapatan dividen sebesar Rp 866 miliar pada semester I-2021, meningkat 35,3% dari Rp 640 miliar pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pendapatan ini sebagian besar disumbangkan oleh PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), TBIG, dan MPMX.
Michael menambahkan, Saratoga akan terus menjalankan strategi diversifikasi dalam berinvestasi dan disiplin dalam mengelola keuangan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
Rasio utang dan biaya akan terus dikelola dan dijaga dilevel yang efisien. Saat ini biaya-biaya operasional tahunan terhadap nilai aset bersih berada di posisi sebesar 0,4% dan loan to value sebesar 5,7%.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, pada semester I-2021 Saratoga terus mendorong sejumlah perusahaan portofolio investasi untuk mengembangkan bisnis ke daerah baru.
Dia mencontohkan, Primaya Hospital di bawah PT Famon Awal Bros Sedaya telah membuka tiga rumah sakit baru sejak awal tahun.
Ketiga rumah sakit tersebut adalah Primaya Hospital Bhakti Wara di Pangkal Pinang-Bangka Belitung, Primaya Hospital Sukabumi di Jawa Barat dan Primaya Hospital Pasar Kemis di Tangerang-Banten.
"Peluncuran rumah sakit baru ini melengkapi aset operasional Primaya Hospital menjadi 12 unit pada semester I-2021. Ekspansi ini juga menjadi bentuk dukungan Saratoga terhadap upaya pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan terbaik di tengah situasi pandemi yang masih terjadi," katanya.
Devin juga menjelaskan bahwa salah satu perusahaan portofolio investasi strategis Saratoga yaitu MDKA semakin memperkuat fundamental bisnis jangka panjangnya. Ia mengungkapkan, tes pengeboran terbaru dari Proyek Tambang Tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi menghasilkan intercept yang signifikan dari tembaga dan emas.
MDKA telah merampungkan studi kelayakan proyek Acid, Iron, Metal (AIM) yang diproyeksikan memiliki net present value (NPV) sebesar Rp 5,8 triliun.
Proyek AIM dioperasikan oleh Merdeka Tsingshan Indonesia (MDKA 80%, Tsingshan 20%) di Indonesia Morowali Industrial Park, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Konstruksi telah dimulai pada kuartal II-2021 dan direncanakan berproduksi pada kuartal II-2022.
Di tengah tingginya kebutuhan sektor logistik, Devin mengatakan, perusahaan portofolio investasi Saratoga di bisnis ini yaitu MGM Bosco Logistics sedang melakukan ekspansi tahap dua untuk fasilitas gudang pendingin di Bekasi. Fasilitas ekspansi tersebut rencananya mulai beroperasi pada kuartal IV-2021.
"Saratoga akan terus mendampingi seluruh perusahaan portofolio investasi agar mampu mengembangkan peluang bisnis baru dan meningkatkan value bisnisnya. Kami juga terbuka dengan peluang investasi baru, termasuk di sektor teknologi yang kini berkembang sangat cepat di Indonesia," kata Devin.
Dari pasar modal, saham SRTG di sesi I, Kamis ini ditutup naik 3,02% di Rp 1.875/saham. Sepekan saham SRTG naik 8,38% dan sebulan terakhir sahamnya naik 6,23% dengan kapitalisasi pasar Rp 25 triliun.
[CNBC]
KOMENTAR