Gurusaham.com - Bank milik taipan Dato' Sri Tahir, PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) akhirnya mendapatkan investor baru yakni Liang Xian Ltd yang berbasis di British Virgin Islands (BVI).
Tidak banyak literatur yang memberikan informasi detail terkait dengan perusahaan investasi ini. Pun tak ada situs resmi dengan nama Liang Xian. Sebagian besar informasi berkaitan dengan nama 'Liang Xian' biasanya disambung-sambungkan dengan nama perusahaan dengan nama China lainnya, termasuk nama orang dari China.
Besar kemungkinan perusahaan ini adalah private equity yang mengambil basis perusahaan di wilayah surga pajak di BVI.
Kepulauan Virgin Inggris atau yang lebih dikenal sebagai British Virgin Islands oleh dunia internasional adalah sebuah wilayah luar negeri Britania Raya di kawasan Karibia, sebelah timur Puerto Riko. BVI dikenal sebagai salah satu wilayah surga pajak (tax haven) alias daerah di mana pajak yang dikenakan sangatlah rendah bahkan bebas pajak sehingga sangat cocok untuk mendirikan perusahaan offshore.
Hingga saat ini Sekretaris Perusahaan MAYA Jennifer Ann belum memberikan informasi detail soal Liang Xian.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Liang Xian masuk ke MAYA lewat mekanisme pelaksanaan penawaran umum terbatas (PUT) XIII untuk penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/rights issue).
Liang Xian memborong saham MAYA sebanyak 1.466.033.913 saham MAYA di harga Rp 400 sehingga perusahaan ini menyetor dana sebesar Rp 586,41 miliar. Dengan begitu investor asing ini memegang 12,39% saham MAYA secara langsung dari sebelumnya nihil.
"Transaksi pembelian saham ini dilakukan pada 24 Maret 2021," kata Dirut Bank MAYA Hariyono Tjahjarijadi dan Sekper MAYA Jennifer Ann, dalam suratnya, dikutip Senin (5/4/2021).
Pada Januari 2021, manajemen MAYA melaporkan menggelar rights issue dengan harga sebesar Rp 400/saham.
Dengan total saham yang diterbitkan sebanyak-banyaknya mencapai 4.999.958.150 miliar, maka total dana yang diraup perseroan untuk penguatan modal mencapai Rp 1,99 triliun.
"Setiap pemegang 5.000 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal 2 Maret 2020 pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia berhak atas 3.659 Saham HMETD," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, di BEI, dikutip Kamis (7/1/2021).
Setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 400 setiap saham yang harus dibayar tunai pada saat mengajukan formulir pemesanan pembelian saham melalui pelaksanaan HMETD.
Saham baru ini akan dikeluarkan dari portepel serta akan dicatatkan di BEI dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
"Dalam PUT XIII ini tidak terdapat pembeli siaga, dengan demikian apabila setelah alokasi pemesanan saham tambahan, masih terdapat sisa saham dalam PUT XIII ini, maka saham tersebut tidak akan dikeluarkan dari dalam portepel," tulis manajemen.
PT Mayapada Karunia selaku pemegang saham utama perseroan menyatakan akan mengambil bagian dalam PUT XIII ini dengan membeli saham HMETD dengan jumlah sekurang- kurangnya 1.320.763.369 sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya atau sekurang-kurangnya sebesar 26,42% pada periode Pelaksanaan HMETD.
Sebelumnya aksi korporasi ini sudah disetujui dalam RUPSLB.
"Rapat menyetujui untuk melakukan PUTXIII dengan cara menerbitkan HMETDkepada para pemegang saham perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 5 miliar saham biasa," tulis MAYA, dalam keterangan yang diperoleh CNBC Indonesia, Senin (4/1/2021).
Dari sisi komposisi pemegang saham yang efektif per 30 November 2020 antara lain, JPMCB Na-Re Cathay Life Insurance Co Ltd selaku pengendali dengan kepemilikan 37,33%.
Selanjutnya, PT Mayapada Karunia Corporation yang juga pengendali dengan porsi kepemilikan 26,42%. Berikutnya, Galasco Investments Limited sebesar 12,67%. Unity Rise Limited sebesar 7,31%, dan sisanya saham publik sebesar 16,27%.
Sebelumnya disebutkan, lembaga keuangan asal Taiwan, Cathay Financial Holding akan menambah kepemilikan saham di MAYA tapi masih belum terealisasi.
KOMENTAR