Gurusaham.com - Harga mata uang kripto (cryptocurrency) kembali bergerak di zona merah pada perdagangan Jumat (9/7/2021) pagi waktu Indonesia, karena investor mulai mengurangi selera risiko mereka ditengah kekhawatiran pelaku pasar global akan perkembangan pandemi virus corona.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:00 WIB, tujuh kripto berkapitalisasi terbesar kompak melemah pada pagi hari ini.
Kripto dengan kapitalisasi terbesar pertama, yakni Bitcoin melemah 2,04% ke level harga US$ 32.673,69/koin atau setara dengan Rp 473.768.505/koin (asumsi kurs Rp 14.500/US$), koin digital dengan kapitalisasi terbesar kedua, yakni Ethereum ambruk 9% ke level US$ 2.075,96/koin (Rp 30.101.420/koin).
Berikutnya koin digital Tether turun 0,13% ke level US$ 0,9999/koin atau setara dengan Rp 14.499/koin, Binance Coin merosot 6% ke posisi harga US$ 303,79/koin (Rp 4.404.955/koin), Cardano ambles 6,26% ke US$ 1,30/koin (Rp 18.850/koin), Ripple terkoreksi 5,36% ke US$ 0,6032/koin (Rp 8.746/koin), dan Dogecoin ambrol 8,25% ke US$ 0,1993/koin (Rp 2.890/koin).
Jatuhnya Bitcoin dan kripto lainnya mulai terjadi kembali sejak Kamis (8/7/2021) kemarin, karena investor mulai mengurangi selera risikonya di tengah penurunan pasar saham.
Kekhawatiran akan melambatnya kembali perekonomian global akibat potensi penyebaran virus corona (Covid-19) varian Delta yang membuat kasus infeksi Covid-19 di beberapa negara melonjak dan membuat pemerintah di beberapa negara memberlakukan kembali langkah-langkah darurat tampaknya melatarbelakangi perpindahan investor ke aset safe haven seperti obligasi.
Pelemahan itu terjadi setelah pemerintah Jepang telah menyatakan keadaan darurat di Tokyo jelang perhelatan Olimpiade akhir Juli mendatang.
Di lain sisi, Senator AS Elizabeth Warren, memperingatkan terhadap risiko yang berkembang di pasar cryptocurrency "sangat buram dan tidak stabil" kepada konsumen dan pasar keuangan dalam sebuah surat kepada Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange/SEC), Gary Gensler.
Bitcoin saat ini masih berusaha untuk kembali ke level tertingginya sepanjang masa pada April lalu di harga US$ 65.000.
Beberapa trader melihat Bitcoin naik lebih tinggi dalam jangka panjang meskipun ada beberapa rintangan dalam jangka pendek. Namun, beberapa mengatakan hal itu bisa jatuh serendah US$ 20.000 sebelum investor institusional kembali aktif di pasar kripto.
"Kami mengkonsolidasikan di range level US$30.000 - US$35.000, kami melihat trader di Asia sedang menjualnya, dan kemudian AS membelinya kembali," kata CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz pada Kamis (8/7/2021) di "Squawk Box" CNBC.
"China telah menyatakan perang terhadap kripto sebagai bagian dari perang dingin yang harus kita hadapi, jadi saya pikir kita masih mencernanya." tambah Novogratz.
Pada Selasa (6/7/2021) lalu, bank sentral China (People Bank of China/PBoC) menyerukan penutupan lain dari sebuah perusahaan yang diduga menyediakan layanan perangkat lunak untuk transaksi mata uang virtual. Selama bertahun-tahun, China secara teratur mengeluarkan larangan terhadap industri dan operasi cryptocurrency.
Bagi para investor di kripto, Bitcoin kadang-kadang disebut sebagai aset lindung nilai (hedging), namun kenyataannya pada tahun ini pergerakan Bitcoin cukup fluktuatif dan cenderung menurun di tengah penurunan aset berisiko lainnya.
"Ada banyak kepemilikan yang berkorelasi dengan aset lain kan? Jadi jika anda adalah hedge fund dan anda mendapatkan tekanan di posisi kurs, posisi ekuitas, dan posisi minyak anda, anda mungkin akan menjual beberapa kripto anda juga," kata Novogratz, dilansir dari CNBC International.
"Hanya perlu beberapa saat untuk membangun basis investor yang lebih beragam." tambahnya.
KOMENTAR