Gurusaham.com - Perusahaan e-commerce berstatus unicorn pertama yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bukalapak.com dikabarkan mengalami kelebihan permintaan hingga US$ 6 miliar atau setara dengan Rp 87 triliun (asumsi kurs Rp 14.500/US$) saat masa penawaran awal (bookbuilding).
Nilai tersebut setara dengan kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak empat kali dari nilai yang ditawarkan oleh perusahaan.
Melansir Reuters, tiga sumber yang mengetahui informasi tersebut mengatakan bahwa saham ini akan dilepas di harga Rp 850/saham. Nilai ini merupakan batas atas dari harga penawaran sahamnya di kisaran RP 750-Rp 850/saham.
Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana senilai US$ 1,5 miliar (Rp 21,75 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) dari penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) ini.
CNBC Indonesia telah meminta konfirmasi mengenai penetapan harga ini kepada Direktur Utama Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim, namun dia menolak untuk memberikan konfirmasi.
"Kami merupakan underwriter [penjamin emisi] BUKA [kode saham Bukalapak] dan mohon maaf kami tidak bisa memberi informasi mengenai kesepakatan klien kami," kata dia ketika dimintai konfirmasi, Rabu malam (21/7/2021).
Bukalapak menunjuk empat penjamin emisi (underwriter), terdiri dari penjamin emisi efek yakni PT UBS Sekuritas Indonesia dan Mirae Asset dan penjamin pelaksana emisi efek yakni Mandiri Sekuritas dan Buana Capital Sekuritas.
Senin pekan ini Bukalapak mengakhiri proses bookbuilding sejak 9 Juli lalu. Tanggal efektif dari OJK diharapkan pada 26 Juli dan masa penawaran umum pada 28-30 Juli. Adapun target tercatat di papan perdagangan atau listing di BEI pada 6 Agustus 2021.
[CNBC]
KOMENTAR