Gurusaham.com - Harga saham emiten startup e-commerce yang disokong Grup Emtek, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) langsung anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% sesaat setelah bel pembukaan berbunyi pada awal perdagangan hari ini, Kamis (12/8/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat pada penutupan perdagangan sesi pertama pada hari 4 melantai di bursa sejak Jumat lalu (6/8), saham BUKA ambles 6,76% ke Rp 965/saham.
Koreksi ARB 7% ini melanjutkan penurunan di level ARB pada Selasa (10/8) ketika saham BUKA ambles 6,76% di Rp 1.035/saham.
Nilai transaksi saham ini tercatat sebesar Rp 407 miliar. Sementara, sementara volume perdagangan sebesar 421 juta saham yang ditransaksikan.
Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 122 miliar di pasar reguler. Dengan ini, sejak awal 'manggung', asing selalu melakukan net sell dengan total Rp 1,14 triliun di pasar reguler.
Berikut broker broker yang melakukan aksi beli bersih dan jual bersih di saham BUKA pada sesi pertama perdagangan hari ini.
Tercatat broker PT Citigroup Sekuritas (CG) menjadi pelaku utama penjualan saham BUKA pada perdagangan hari ini setelah melego 2,1 juta saham BUKA dengan harga rata-rata penjualan berada di level Rp 965/unit sehingga meraup dana hingga Rp 204 miliar.
Broker CG memang menjadi broker yang paling getol melakukan penjualan di saham BUKA di mana sejak Bukalapak melantai Jumat pekan lalu, CG sudah menjual saham buka sebanyak 6,98 juta di harga rata-rata penjualan Rp 1.198/unit sehingga dana penjualan nasabahnya mencapai sebanyak Rp 836 miliar.
Mengingat Citigroup bukan merupakan lead underwriter saham BUKA yang mendapatkan jatah mayoritas saham yang diterbitkan saat IPO, kemungkinan besar CG merupakan investor lama yang masuk sebelum IPO di mana terdapat 10% saham para investor lama yang tidak dikunci.
Tercatat broker lain yang melakukan aksi jual bersih masif sejak BUKA melantai termasuk PT Buana Capital Sekuritas (RF) yang menjual 2,7 juta lot, PT CGS CIMB Sekuritas (YU) yang melego 2,3 juta, dan PT DBS Vickers Sekuritas (DP) yang melepas 2,2 juta lot.
Adapun 1 lot saham berisi 100 saham Bukalapak.
Sementara itu pembeli saham BUKA termasuk di antaranya PT UBS Sekuritas (AK) yang memborong 4,6 juta lot, PT Mirae Asset Sekuritas (YP) yang membeli 2,1 juta lot, PT CLSA Sekuritas (KZ) yang mengkoleksi 1,7 juta lot, dan PT Mandiri Sekuritas (CC) yang menampung 1,1 juta lot.
Dengan koreksi hari ini, praktis saham BUKA baru sekali menyentuh batas kenaikan tertinggi alias auto rejection atas (ARA) 25% pada hari pertama melantai di bursa dan sudah 2 kali ambruk ke level ARB.
Meski demikian, ada kabar baik. Dana abadi negara atau Sovereign Wealth Fund asal Singapura GIC Private Limited melakukan pembelian saham BUKA sebanyak 1.600.797.400 atau setara dengan 1,553% modal disetor dan ditempatkan Bukalapak.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, transaksi ini dilakukan pada 5 Agustus 2021 lalu, alias sehari sebelum Bukalapak listing atau mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Jumat (6/8).
Sebagai informasi, dengan melantai di bursa, BUKA meraup dana IPO mencapai Rp 22 triliun, terbesar sepanjang sejarah BEI.
Berdasarkan data resmi BEI, jumlah saham BUKA yang dicatatkan 103.062.019.354 saham, terdiri dari saham pendiri 77.296.514.554 saham dan penawaran umum 25.765.504.800 saham.
Untuk jumlah saham penawaran umum itu setara dengan 25,0% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dengan harga perdana Rp 850/saham.
Harga penawaran ditetapkan di angka penawaran tertinggi Rp 850/unit, dengan begitu total dana yang diraup mencapai Rp 21,9 triliun,
Berdasarkan prospektus IPO, seluruh dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan untuk modal kerja perseroan sebanyak sekitar 66%, sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja entitas anak.
Dalam IPO ini, penjamin pelaksana emisi efek BUKA yakni PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas.
Sementara itu penjamin emisi efek yakni ada 19 sekuritas terdiri dari PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, dan PT Investindo Nusantara Sekuritas.
Lalu, ada PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, dan PT Sinarmas Sekuritas. Lainnya ada PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[CNBC]
KOMENTAR