Gurusaham.com - Berbeda dengan emosi yang meledak-ledak dalam video yang viral belum lama ini, Ustadz Yusuf Mansur kemarin Selasa (12/4/2022) nampak tenang dan terdengar begitu percaya diri.
Yusuf Mansur terdengar masih semangat untuk membangun kembali Paytren. Bahkan, dia berharap bisa membawa Paytren melantai di bursa tahun depan.
Rencana IPO Paytren sendiri sebenarnya sudah lama terdengar. Yusuf Mansur sendiri mengatakan seharusnya IPO Paytren terlaksana pada 2020 lalu.
"Mestinya sih dari 2020 akhir, mundur lagi ke awal tengah akhir... Mundur lagi ke 2022 sekarang.. Ya terus diupayakan, Insyaallah mudah-mudahan 2023 sudah ngga ada halangan," jelasnya, Selasa (12/4/2022).
Selain Paytren, ia menyebut beberapa entitas bisnis yang lainnya juga akan dibawa melantai di bursa. Meski demikian, ia tidak merinci pastinya.
"Ada beberapa yang mau di-IPO-in, Insyaallah. Yang mau di-IPO-in cakep-cakep, aseli cakep-cakep, tunggu aja," ujarnya.
Ustadz Yusuf Mansur kembali merevisi angka terkait kebutuhan dana untuk membangun kembali Paytren, aplikasi pembayaran yang bisa digunakan untuk bertransaksi sehari-hari.
Menurutnya, kebutuhan Paytren sendiri tidak banyak, satu tahun kira-kira Rp 20 miliar, bukan Rp 200 triliun satu bulan.
"Kalau buat Paytren sendiri, kita ngga butuh banyak kok. Kita cuma butuh di awal-awal ini ya modal untuk restrukturisasi utang, kemudian bayar sebagian karyawan, hire karyawan dan kemudian berangkat menuju IPO," jelasnya, Selasa (12/4/2022).
Yusuf Mansur mencontohkan, untuk penggunaan Paytren di satu kota misalnya Kota Tangerang, satu tahun butuh sekitar Rp 20 miliar.
"Satu kota itu perlu paling ngga 200-300 SDM. Kalau itu kita turunin ke bawah di satu kota, Rp 5 jutaan aja (gaji per orang), itu berarti Rp 1,5 miliar satu bulan atau kira-kira Rp 20 miliar satu tahun. Makanya ya saya bilang kita perlu Rp 20 miliar nih untuk me-live-kan satu Kota Tangerang pakai Paytren semua. Gitu," jelasnya.
Itu baru contoh untuk satu kota. Jika misalnya penggunaan Paytren mau diperluas ke 100 kota, maka kebutuhan dana akan meningkat lagi jadi Rp 2 triliun satu tahun. Dan kebutuhan dana itu di luar working capital yang lain, seperti capex dan opex.
"Jadi ini ngga bisa dari satu narasi, dan saya memang melakukan banyak hal. Kalau kemungkinan ada kekurangan di banyak hal ya wajar karena melakukan banyak hal. Kalau banyak hal ada yang belum sempurna ya wajar juga. Kita kaya bangun 10-20 rumah, kalau belum pada beres ya tenang, belum. Tenang ntar juga beres," jelasnya.
[CNBC]
KOMENTAR