Gurusaham.com - Bank milik fintech Akulaku, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) merilis dokumen prospektus ringkas Penawaran Umum Terbatas (PUT) V penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue pada Jumat lalu (6/8/2021).
Namun yang mengagetkan, dalam informasi jajaran komisaris dan direksi, ada nama Staf Khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makariem yakni Pramoda Dei Sudarmo.
Berdasarkan prospektus yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu, Pramoda akan didaulat menjadi komisaris independen bersama Pamitra Wineka (Co-Founder TaniHub). Sementara komisaris utama/independen masih dijabat Suprihadi, dan komisaris lainnya yakni Tjandra Mindharta Gozali (bos Gozco Capital).
Adapun direktur utama masih dijabat Tjandra Gunawan, direktur lain yakni Hardono Budi Prasetya, Chen Jun, Aditya Wahyu Windarwo, dan Hartono Budiharjo.
Dari seluruh jajaran petinggi bank eks Bank Yudha Bhakti itu, hanya ada tiga nama yakni Pramoda, Chen Jun, dan Hartono yang masih harus menunggu proses pemenuhan compliance checklist untuk memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait penilaian kemampuan dan kepatutan untuk memenuhi ketentuan POJK Nomor 27/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan.
"Pada tanggal prospektus ini, Pramoda Dei Sudarmo sebagai komisaris independen dan Hartono Budihardjo sebagai direktur, sedang dalam proses pemenuhan compliance checklist untuk memperoleh persetujuan dari OJK," tulis prospektus tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Minggu (8/8).
Sedangkan, permohonan atas persetujuan OJK terkait penilaian kemampuan dan kepatutan Chen Jun sebagai calon Direktur Teknologi Sistem Informasi perseroan direncanakan akan diajukan kembali apabila kepemilikan saham perseroan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing telah mencapai setidak-tidaknya 25%.
Sebagai informasi, situs Kemendikbudristek mencatat profil dari Pramoda yang menjabat Staff Khusus Mendikbudristek Bidang Kompetensi dan Manejemen.
Pendidikan S2 (magister) ada tiga yani Public Administration, Harvard University, John F. Kennedy School of Government, Business Administration Pennsylvania, Wharton School of Business, Philadelphia, dan Science, Nanyang Technological University, Singapura.
Sementara S1 di bidang Communication Studies, diperoleh dari Nanyang Technological University, Singapura.
Dia menjabat stafsus sejak 2019, sebelumnya menjadi Engagement Manager, McKinsey & Company, penasihat Menteri Agraria dan Tata Ruang, Bisnis Analis di McKinsey & Company dan Asisten Wakil Kepala Staf, Kantor Presiden Indonesia.
Adapun sang menteri, Nadiem Makarim juga lulusan Harvard, yakni untuk Master of Business Administration di Harvard Business School, AS.
Sementara itu, situs LinkedIn mencatat, Pamitra Wineka atau lebih akrab dipanggil Eka ialah lulusan program studi matematika Institut Teknologi Bandung. Dia pernah bekerja di Danareksa, lalu menjadi Co-Founder TaniFund, dan saat ini masih menjabat Deputy Head of Productive Loans Asosiasi Fntech Pendanaan Bersama Indonesia. Eka juga alumnus Universitas Illinois mengambil jurusan ekonomi.
Saat ini ada tiga stafsus Nadiem yakni Pramoda di bidang Kompetensi dan Manajemen, Muhammad Heikal di bidang Komunikasi dan Media, Fiona Handayani di bidang Isu-isu Strategis, Hamid Muhammaad di bidang Pembelajran, dan Jurist Tan di bidang Pemerintahan.
Prospektus
Dalam prospektus itu, disebutkan BBYB akan menggelar rights issue ke-5 dengan menerbitkan maksimal 5 miliar saham baru, tetapi harga pelaksanaan belum ditentukan.
Dana rights issue akan digunakan untuk modal kerja pengembangan usaha berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya. Sebelumnya pada akhir semester I 2021, BBYB sudah menyelesaikan PUT IV dengan perolehan dana Rp 249,82 miliar. Angka ini diperoleh dari penjualan 832.724.404 saham dengan harga pelaksanaan Rp 300/saham.
Kini harga saham BBYB sudah bertengger di level Rp 1.600/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 11,99 triliun per Jumat lalu (6/8). Jika mengacu harga rata-rata saham BBYB di level Rp 1.684/saham per Jumat itu, maka nilai BBYB berpotensi meraih dana rights issue Rp 8,4 triliun.
"Dalam PUT V ini tidak terdapat pembeli siaga. Dengan demikian, apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa HMETD yang tidak dilaksanakan, maka terhadap seluruh HMETD yang tersisa tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel," tulis prospektus.
Rencana ini sudah mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 28 Mei 2021, tanggal efektif OJK diharapkan 9 September.
Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD di Pasar Reguler dan Negosiasi 17 September dan Pasar Tunai 21 September.
Tanggal mulai perdagangan saham tanpa HMETD di Pasar Reguler dan Negosiasi 20 September dan di Pasar Tunai 22 September, tanggal pencatatan dalam Daftar Pemegang Saham yang berhak atas HMETD (Record Date) 21 September dan tanggal distribusi 22 September.
Adapun tanggal Pencatatan HMETD di BEI pada 23 September 2021 dan periode perdagangan HMETD pada 23 - 30 September, dan periode pelaksanaan HMETD 27 September - 4 Oktober.
Data per 30 Juli mencatat, pemegang saham BBYB yakni PT Gozco Captal 18,94%, PT Asabri (Persero) 10.09%, PT Akulaku Silvrr Indonesia 24,98%, Yellow Brick Enterprise Ltd 11,10%, Rockcore FInancial Technology Co ltd 6,12%, dan investor publik 28,76%.
[CNBC]
KOMENTAR