Gurusaham.com - Emiten produsen ban yang mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1953, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), 'dicecar' oleh salah satu pemegang sahamnya yang juga merupakan salah satu investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong.
Dalam paparan publik (Public expose) yang dilakukan perusahaan tanggal 2 Agustus lalu, Lo Kheng Hong mempertanyakan alasan terkait penurunan jumlah penjualan pada kuartal kedua tahun 2021.
Dalam paparan publik tersebut perusahaan diwakilkan oleh satu general manager dan empat direktur, termasuk Presiden Direktur Gajah Tunggal, Sugeng Rahardjo.
Manajemen menjelaskan bahwa penurunan penjualan tersebut sifatnya musiman, di mana pada hari raya Idul Fitri 2021, perseroan menghentikan produksi selama kurang lebih 11 hari, antara lain untuk perawatan mesin dan peralatan.
"Kegiatan logistik juga mengalami penurunan aktivitas pada periode ini. Hal tersebut ditambah dengan naiknya harga bahan baku utama yang dimulai pada akhir kuartal pertama," tambah pihak manajemen, dikutip CNBC dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (22/8).
Berdasarkan laporan keuangan publikasi di BEI, hingga akhir kuartal kedua perusahaan memperoleh total penjualan bersih senilai Rp 7,26 triliun, yang mana lebih dari setengahnya merupakan pendapatan kuartal pertama yang mencapai Rp 3,92 triliun.
Artinya selama awal April hingga akhir Juni perusahaan membukukan perolehan pendapatan sebesar Rp 3,34 triliun atau turun 14,79% secara kuartal (qtq).
Akan tetapi secara tahunan dalam 6 bulan awal pertama tahun ini pendapatan perusahaan meningkat dan berhasil memperoleh laba dari semula merugi pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan per Juni itu atau selama 6 bulan naik 22% dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,93 triliun.
Laba bersih per Juni sebesar Rp 98,17 miliar, dari rugi bersih periode Juni 2020 sebesar Rp 149,41 miliar.
Selain itu Lo Kheng Hong juga menanyakan terkait penggunaan kas dan setara kas yang tercantum sebesar Rp 1,6 triliun.
Pihak manajemen menjelaskan bahwa kas dan setara kas tersebut antara lain digunakan sebagai cadangan kas (cash reserve) untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga tiap kuartal dari fasilitas kredit sindikasi yang diterima perseroan dari bank-bank lokal.
"Perseroan juga melakukan manajemen risiko untuk mengelola kebutuhan working capital untuk mengurangi dampak dari," tambah manajemen GJTL.
Selain Lo Kheng Hong, dalam paparan publik tersebut pemegang saham lain yang bernama Benjamin Soegipto juga mengajukan pertanyaan terkait produk baru dan dampak PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) terhadap kinerja penjualan perusahaan.
Pihak manajemen pun mengatakan jika saat ini perseroan belum mengeluarkan produk baru setelah produk TBR (truck bus radial) dengan merk Giti yang dipasarkan 50% untuk pasar ekspor dan 50% untuk pasar domestik.
Direksi GJTL juga meyakinkan investor bahwa PPKM dalam beberapa bulan terakhir tidak berdampak material terhadap kinerja penjualan perseroan.
"Hal ini antara lain disebabkan masih berjalannya kegiatan usaha di bidang logistik, misalnya kurir ekspedisi, baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan niaga," terang pihak manajemen
"Untuk mobil penumpang, perseroan menyarankan agar ban tetap dirawat meskipun jarang digunakan, antara lain dengan menjaga tekanan angin. Penggantian ban tergantung pada pertimbangan ekonomi calon pembeli dan pertimbangan kenyamanan dan keamanan berkendara," tambah pihak manajemen GJTL.
Per Juni, saham GJTL dipegang Denham Pte Ltd pegang 49,51%, Compagnie Financiere Michelin 10%, Lo Kheng Hong 5,10%, Lei Huai chin (Komisaris) 1%, Koperasi 0,12%, Kisyuwono (Direktur) 0,01%, dan investor publik 34,27%.
Pada penutupan perdagangan Senin (23/8) di pasar modal, saham GJTL naik 0,66% ke level Rp 760 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 2,65 triliun. Dalam seminggu saham ini naik 0,66%, selama sebulan terakhir terkoreksi 6,75% dan sejak awal tahun tumbuh 16,03%.
[CNBC]
KOMENTAR