Gurusaham.com - Emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membagikan dividen interim perseroan untuk tahun buku 2021 senilai Rp 2,51 triliun. Hal ini disepakati dalam Rapat Direksi Perseroan pada 19 November 2021.
"Rapat telah memutuskan dan menyetujui pembagian dividen interim untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021 sebesar Rp 66 per saham atau seluruhnya Rp 2.517.900.000.000," ungkap manajemen Unilever, dalam keterangannya, Senin (22/11/2021).
Dividen interim itu bersumber dari perolehan laba bersih yang berakhir pada 30 Juni 2021. Dividen itu akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham yang namanya masuk dalam daftar pemegang saham (DPS) perseroan sampai dengan 1 Desember 2021 pukul 16.00 WIB.
Jadwal cum dividen untuk perdagangan di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 29 November 2021. Ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada 30 November 2021. Cum dividen di pasar tunai pada 1 Desember 2021.
Adapun, ex dividen perdagangan di pasar tunai pada 2 Desember 2021. Batas akhir tanggal pencantuman dalam DPS atau recording date pada 1 Desember 2021 dan pelaksanaan pembayaran dividen interim PADA 16 Desember 2021 mendatang.
Sebagai informasi, emiten bersandi UNVR ini membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 3,05 triliun pada semester pertama tahun ini.
Laba bersih tersebut turun 15,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,62 triliun. Penurunan laba bersih seiring dengan koreksi pendapatan di periode 6 bulan ini. Pendapatan UNVR tercatat Rp 20,18 triliun, turun 7,30% dari Juni 2020 sebesar Rp 21,77 triliun.
Penjualan dalam negeri mencapai Rp 19,29 triliun, turun dari Rp 20,77 triliun, sementara ekspor juga turun menjadi Rp 888,11 miliar dari Rp 1 triliun
Penjualan kepada pihak terafiliasi terbesar yakni ke Unilever Asia Private Limited, Unilever (Malaysia) Holdings Sdn Bhd, Unilever Philippines, Inc., Unilever EAC Myanmar Company Limited, Unilever Australia Ltd, dan Unilever Thai Trading Limited.
Perseroan mencatatkan laba bruto Rp 10,25 triliun, juga turun dari sebelumnya Rp 11,18 triliun, sementara harga pokok penjualan turun menjadi Rp 9,93 triliun dari Rp 10,59 triliun. Adapun beban pemasaran dan penjualan berhasil diturunkan menjadi Rp 4,22 triliun dari sebelumnya Rp 4,29 triliun.
[CNBC]
KOMENTAR